Karya Yesus Dalam Keselamatan (KRISTOLOGI)


By, Iyan Delau


BAB I
PENDAHULUAN



A.  Latar Belakang Masalah
Keselamatan sesungguhnya adalah anugerah atau kasih karunia  Allah, kita juga harus dilandasi dengan perjuangan dan kesungguhan. Jangan juga sampai kita mempermainkan atau pun menyalahgunakan anugerah itu. Justru anugerah itu membuat kita lebih menghargai keselamatan yang diberikan itu kepada kita. Keselamatan juga sering diartikan sebagai pembebasan dari bahaya atau penderitaan. Keselamatan yang dimaksud yaitu manusia dibebaskan dari murka Allah melalui karya Yesus Kristus dalam keselamatan.
Karya Yesus Kristus sesungguhnya telah nyata dalam setiap kehidupan orang percaya. Kepercayaan yang dimaksud adalah ketika seorang dengan Iman, percaya akan karya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Di dalam kitab Perjanjian Baru, ada banyak sekali yang menceriterakan tentang karya Yesus Kristus didalam perjalanan karyaNya yang nyata kepada orang-orang Yahudi pada saat itu.
Kematian Yesus Kristus pada dasarnya membuktikan tentang karya penyelamatan yang dipersiapkan Allah untuk menebus setiap manusia yang telah jauh dari pada rencana awal dari pada Allah. Rencana Allah sesungguhnya adalah supaya manusia ada dalam jalan-Nya Tuhan.
Dengan demikian didalam makalah ini kami sebagai tim kelompok akan membahas tentang karya Yesus Kristus dalam keselamatan, uraian dari pada materi yang kami sampaikan akan kami paparkan dibawah ini.




BAB II
PEMBAHASAN
A.  Kuasa Darah Yesus
Nyawa dan darah merupakan bagian tubuh manusia yang tidak bisa dipisahkan, dalam arti bahwa satu sama lain mempunyai ketergantungan yang tidak dapat dipisahkan. Kalau nyawa seseorang tidak ada maka darah dalam tubuh pun akan berhenti selamanya. Sesungguhnya darah tidak sama dengan nyawa. Namun darah itulah yang memberi kehidupan. Hal ini kita bisa mengetahui ketika mengamati satu hal tragedi setelah kematian.
Didalam Alkitab dijelaskan bahwa darah Kristuslah yang membuat kita suci dari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Penjelasan yang panjang lebar itu mempunyai makna rohani yang amat mendalam. Darah yang yang dimaksud adalah darah rohani yang menghapus setiap pelanggaran dan dosa kita yang jauh dari pada kebenaran yang Allah inginkan dalam kehidupan kita. Didalam kronologisnya kita telah tercemar oleh dosa yang telah diwarisi darah manusia pertama,  yaitu Adam dan Hawa, yang disebut sebagai dosa warisan. Dan sesungguhnya dosa warisan itu harus dituntaskan dalam karya keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus Yesus dalam setiapa manusia yang percaya kepada-Nya.

B.  Pentingnya Kebangkitan Kristus
Jika Kristus tidak bangkit dari antara orang mati, maka Ia seorang pendusta, karena Ia meramalkan bahwa Ia akan bangkit (Matius 20:19) dalam hakekatnya juga jika Kristus tidak bangkit dari antara orang mati, maka tentu saja Ia tidak akan hidup untuk melakukan semua pelayanan-Nya setelah kebangkitan-Nya. Pelayanan-Nya akan berakhir saat kematian-Nya. Dan dampaknya sangat besar bagi kekristenan jika Kristus tidak bangkit dikarenakan karya keselamatan yang dijanjikan oleh Yesus tidak benar-benar sempurna dalam kehidupan manusia atau dalam arti lain karya keselamatan itu gagal.
Jika Kristus juga tidak bangkit maka kesaksian kekristiani selama ini hanyalah kebohongan semata (Hoax), maka dengan demikian isi dari pada Iman kita tidak berarti dan prospek kita dalam masa mendatang adalah sia-sia.
Kebangkitan Kristus juga merupakan kebenaran yang menggembirakan, menawan hati da n motivasi bagi gereja. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah apakah makna kebangkitan Kristus dalam setiap umat yang percaya kepada-Nya. Makna itu sendiri adalah melalui kebangkitan Kristus maka setiap orang yang percaya kepada-Nya dan sekaligus mengikuti teladan Kristus maka akan memperoleh keselamatan dari pada Kristus yang telah mati dalam pengorbanan-Nya diatas kayu salib.
C.  Yesus Sebagai Kurban Yang sejati
Paulus memandang kematian Kristus sebagai kematian kurban.Ia juga menghubungkan kematian Kristus dengan ritual kurban dalam Perjanjian Lama. Paulus menggambarkan kematian Kristus sebagai “kurban yang harum bagi Allah” (Efesus 5:2). Dalam Kristus, Allah telah melakukan apa yang tak dapat dilakukan oleh Hukum Taurat terhadap dosa, yaitu “Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” (Roma 8:3).
Perkataan “karena dosa” (peri hamartias) mungkin menunjukkan kematian Kristus yang berkorban, dalam RSV diterjemahkan menjadi “dan sebagai korban dosa”. Dalam 1 Korintus 5:7, Paulus sekali lagi berbicara mengenai Kristus sebagai domba paskah yang tersembelih. Paulus dalam beberapa ayat yang ia tuliskan tentang darah-Nya memperlihatkan aspek korban dari kematian Kristus, dalam Roma 3:25; 5:9; Efesus 1:7; Efesus 2:13; Kolose 1:20. Lewat ayat-ayat itu Paulus berusaha memperlihatkan bahwa dengan pencurahan darah yang keluar dari tubuh Kristus itu, Kristus telah mempersembahkan tubuh-Nya sebagai korban (Dalam Perjanjian Baru, pencurahan darah berarti kehidupan yang diambil dengan paksa). Pencurahan darah sebagai korban mengandung dua makna, bagi orang Ibrani darah adalah pusat kehidupan dan kematian lewat pencurahan darah itu bukanlah kematian belaka, melainkan sebuah penyerahan hidup atau lebih tepatnya pengorbanan yang hidup. Tujuannya ialah untuk menjadikan hidup sebagai suatu korban bagi Tuhan. Kehidupan dan pengorbanan Yesus memberikan arti sejati dari darah.




D.  Karya Yesus Dalam Keselamatan
Teologi menggunakan istilah “vikarius” yang berarti bahwa Kristus tidak mati untuk sekedar menjadi peristiwa dalam sejarah atau kepentingan-Nya sendiri, tetapi Ia “mati bagi kita” (1 Tesalonika 5:10; Roma 5:8; 8:32; Efesus 5:2; Galatia 3:13). Paulus percaya bahwa apa yang dilakukan oleh Kristus dalam kematian-Nya ialah untuk mewakili manusia, Kristus dengan rela memberikan diri-Nya menjadi berdosa, karena kita dan demi kita manusia.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kristus tidak hanya mati bagi kita, tetapi Ia mati untuk menggantikan kita, lewat kematian-Nya yang menggantikan kita, maka kita pun tidak perlu untuk mati, tetapi mendapatkan hidup kekal bersama-sama dengan-Nya. Dan juga ditegaskan bahwa kematian Kristus merupakan sebuah hukuman, dan Ia menggantikan kita untuk menjalani hukuman tersebut, maka kita pun menjadi terlepas dari hukuman itu. Yesus adalah satu-satunya manusia yang tidak melakukan dosa, Ia tidak layak untuk mengalami hukuman atau bahkan mati, hukuman dan kematian yang Ia alami bukan karena kesalahan yang Ia lakukan melainkan karena menggantikan orang lain yang bersalah dan yang harus mati.
Dalam tulisannya pun , Paulus turut menulis bahwa lewat kematian Kristus maka semua orang telah mati (2 Korintus 5:14). Di dalam Kristus kita telah mati, murka Allah terhadap dosa telah digenapi melalui kematian kita di dalam Kristus. Kembali lagi, bahwa hal ini merupakan suatu manifestasi dari kasih yang Allah tunjukkan bagi manusia dan kualitas kasih ini bersumber pada fakta bahwa kematian Kristus bukanlah untuk diri-Nya sendiri, melainkan untuk setiap kita.
Tepatnya, ajaran Paulus ialah bahwa Allah telah melakukan sesuatu di luar manusia yang mana manusia tak layak menerimanya, namun dapat menerimanya melalui iman  (Efesus 2:8, 9). Bukan berarti dengan kematian Kristus yang merupakan karya Kristus sepenuhnya lalu orang percaya tidak perlu melakukan hal-hal yang berhubungan dengan kerohanian dan etika orang percaya. Saat kematian Kristus, maka orang percaya menjadi lepas dari kuasa dosa dan dominasi hukum Taurat, serta dunia. Orang percaya harus diidentifikasikan dengan Yesus dalam kematian-Nya, dalam pengertian bahwa karena kita telah mati karena dosa maka kita dapat menjalani hidup  yang baru (Roma 6:1; Galatia 2:20). Kristus menanggung dosa semua orang di dalam daging-Nya dan di atas kayu salib Ia mengganti status orang berdosa. Kematian Kristus bukanlah sekedar karya subjektif melainkan objektif, dimana melaluinya Allah menimpakan hukuman dengan adil terhadap dosa kepada Dia, bukan hanya sebagai wakil orang berdosa, melainkan juga sebagai penggantinya, yaitu Yesus Kristus.


E.  Karya Penebusan Kristus
Tujuan lain dari kematian Kristus ialah penebusan, dinyatakan melalui dua kelompok kata: Lutron, apolutrosis, dan agorazo, exagorazo, yang berarti membeli. Kata benda lutron tidak ditemukan dalam tulisan Paulus. Di dalam bahasa Yunani klasik maupun Helenistik, kelompok kata ini digunakan terhadap harga yang dibayarkan untuk menebus sesuatu yang tergadai, sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk menebus tawanan perang, dan sejumlah uang yang dibayarkan untuk membeli kemerdekaan seorang budak atau hamba.  Dalam Titus 2:14 menggunakan kata kerja lutroo, hal ini merupakan petunjuk khusus kepada Markus 10:45, yang menggunakan kata λύτρον, artinya: harga sebuah tebusan: Ia menyerahkan diri-Nya.
Istilah yang paling lazim dipakai Paulus adalah apolutrosis, yang artinya penebusan, pembebasan. Kita dibenarkan oleh kasih karunia-Nya bagi kita, dengan jalan penebusan dalam Kristus Yesus yang telah ditentukan menjadi jalan pendamaian bagi kita. Kita hampir tak dapat menolak kesimpulan bahwa ide λύτρον tetap kuat dan identik maknanya dengan τιμὴ atau harga dan keduanya menjelaskan kematian Kristus, penekanannya adalah pada “harga” tebusan manusia itu.
Penebusan juga dinyatakan oleh kata kerja agorazo, yang berarti membeli. Ide pembelian sedikit mengandung tekanan yang berbeda dengan sisi negatifnya – yang daripadanya manusia ditebus, yaitu dosa dan maut. Ide pembelian menekankan perubahan pada kepemilikan, orang percaya telah menjadi milik Allah. Bentuk panduan dari pembelian ditemukan satu kali, yaitu di dalam Galatia 3:13, yang pemikirannya adalah bahwa mereka yang berupaya mencari kebenaran melalui ketaatan hukum berada di bawah kutuk, bila mereka tidak menaati hukum dengan sempurna. Karena itu Kristus rela untuk menjadi kutuk bagi setiap manusia, Ia menggantikan manusia untuk dikenakan hukuman (di  kayu salib), inilah yang merupakan makna kematian yang diyakini oleh Paulus. Didalam kitab Galatia 4:4 pun turut melengkapi  konsep ini, tetapi tekanan pada ayat-ayat ini ialah penebusan untuk memperoleh kebebasan (bukan penebusan untuk menjadi milik Kristus).



DAFTAR PUSTAKA
Dr. Charles C.Ryre, Teologi Dasar 1, (1991:Yogyakarta) Andi
Jonar S, Soteriologi Doktin Keselamatan (2015: Yogyakarta) Andi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Kitab Ibrani (By Ian Delau)

Pendidikan Agama Kristen (UMUM)

Tantangan Remaja & Pemuda Pada Abad 21