Pendidikan Agama Kristen (UMUM)





BAB I
FONDASI ALKITABIAH

            Ada beberapa fondasi alkitabiah yang bisa kita temukan di perjanjian lama dan perjanjian baru. Fondasi-fondasi alkitabiah tersebut menawarkan kepada kita berbagai model atau paradigma ketika kita membaca teks Alkitab dilevel yang sangat mendasar sekalipun. Semua pendidik mempunyai model atau paradigma tersendiri yang mengarahkan pemikiran dan praktik pendidikan mereka.
Berikut ini adalah contoh dari beberapa fondasi yang perlu dielaborasi oleh para pendidik yang berkecimpung didalam berbagai konteks pendidikan dengan mempergunakan berbagai macam studi yang lebih luas secara kritis, kanonis, dan konteks spritual.
PERJANJIAN LAMA
Dalam komunitas Iman Kristiani, warisan injili menekankan pentingnya transmisi dari hal-hal yang sangat mendasar ini. Pengajaran yang disampaikan secara tradisional atau dengan cara lazim lainnya yang telah diwariskan secara turun-temurun, telah memungkinkan terjadinya suatu kontinuitas antar-generasi, khususnya ketika melewati masa transisi atau perubahan. Kehidupan dan sukacita yang baru dialami oleh seluruh bangsa saat mereka kembali pada sumber iman mereka. Para nabi adalah pendidik sosil pada zamannya dan mereka mengungkapkan isi hati Allah dengan perkataan yang mengandung pesan sesuai zamannya untuk mengkofrontasi umat-Nya dengan harapan akan memulihkan bangsa ini sekaligus para pemimpinnya.
KITAB ULANGAN
            Dalam Taurat, kitab ulangan adalah kitab yang utama dalam hal menggariskan norma-norma yang harus ditaati oleh komunitas Iman dan diajarkan kepada generasi berikutnya. Mandat pendidikan didalam Ulangan 6:4-9 berisi tentang kewajiban untuk menyampaikan perintah-perintah Allah kepada generasi selanjutnya. Tujuan akhirnya adalah menanamkan kasih akan Allah yang diekspresikan lewat kesetiaan dan ketaatan. Kasih kepada Allah dekspresikan didalam ketaatan terhadap perintah Allah dan didalam bentuk memberikan diri sepenuhnya (hati, jiwa dan kekuatan).
Konten pendidikan alkitabiah di Ulangan 6 yang bersifat esensial terdiri dari perintah, ketetapan dan hukum Allah yang diperintahkan kepada Musa untuk diajarkan. Isi pengajaran bersifat mendasar dan radikal. Fokus utama orang tua dan peran mereka yang esensial dalam pendidikan. Pendidikan kristen merupakan salah satu tugas pelayanan gerejawi dalam upaya untuk mendorong setiap orang dari berbagai golongan usia untuk memilih hidup- kehidupan rohani yang ditemukan didalam Yesus Kristus bagi gereja Kristen. Memilih hidup berarti mengasihi, mengindahkan, dan mengandalkan Allah sepenuhnya. Pendidikan yang dijelaskan dalam kitab Ulangan 31:30-32:4 juga diikuti oleh perayaan dalam arti bahwa orang yang terlibat didorong untuk memuji, memuja dan memuliakan Allah. Allah dipuji karena karya-Nya yang mulia pemeliharaan, penyediaan, penghakiman, keadilan dan kebenarannya.
Dari Ulangan 31:9-13 “Firman Allah dan respon manusia”- ada beberapa implikasi yang dapat kita tarik:
1.    Mengembangkan dan berusaha agar semua kelompok usia dapat mengerti Alkitab.
2.    Mengevaluasi dan memilih kurikulum yang berpusat pada Alkitab dan bersifat komprehensif dalam memahami seluruh nasihat Allah.
3.    Menghubungkan tema-tema Alkitab dengan kehidupan masa kini dan membantu peserta didik dalam sebuah program pendidikan untuk menarik implikasi praktis dari kebenaran Alkitab sebagai respon hidup mereka didunia ini.
MAZMUR 78
            Mazmur 78:1-8 adalah sebuah perikop kunci yang lain dalam perjanjian lama yang memberikan kepada kita ide-ide yang mendalam dalam ragka memahami konteks bagi pendidikan yag berdasarkan pada perjanjian. Di zaman perjanjian lama keluarga adalah konteks utama pendidikan. Upaya yang  dilakukan oleh para keluarga diperlengkapi dengan pengajaran yang diberikan kepada komunitas perjanjian saat mereka berkumpul. Tanggung jawab orang-orang yang diberi karunia dan berpengalaman adalah menyampaikan kisah-kisah kepada generasi selanjutnya tentang perbuatan, kuasa, dan keajaiban Allah dimasa lalu dan masa kini. Penyampaian ini bersifat krusial, jika seseorang ingin mengetahui asal mula dan mempunyai identitas dalam komunitas lainnya.


NEHEMIA 8:1-18
            Pelayanan Ezra adalah alat pembaruan dari kehidupan komunitas orang Israel ; mereka yang mampu mengerti berkumpul untuk mendengarkan Firman Allah. Ketika orang-orang dapat dengan jelas melihat implikasi dari pengajaran Alkitab, mereka dapat merespon dengan gaya hidup yang menyenangkan Allah.  Secara umum, pendengar atau peserta didik diharapkan untuk menunjukan sikap hormat pada firman Allah (umat Israel berdiri saat Ezra membacakan hukum taurat) dan memberikan respon dalam pikirannya, keputusan, dan afeksinya. Respon pikiran diwujudkan dalam bentuk suatu pemahaman, respon kehendak diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan respon afeksi dalam bentuk pertobatan dan penyembahan. Sebuah panggilan dikumandangkan untuk membentuk pikiran, kehendak, hati dan afeksi terhadap Allah.
KITAB HIKMAT
            Dalam cara pandang orang Ibrani, hikmat itu sangat praktis, dan menghasilkan hidup yang sukses dan bisa diterapkan pada hati. Hikmat pada hakikatnya adalah milik Allah sendiri (Ayub 12:13 dst; Yesaya 32:2 ; Daniel 2:20-23). Hikmat-Nya bukan hanya berupa kesempurnaan pengetahuan yang membuatnya bisa menguasai seluruh aspek kehidupan (Ayub 10:4 ; 26:6 ; Amsal 5:21 ; 15:3). Hikmat yang Alkitabiah itu bersifat religius dan praktis. Hikmat seperti itu muncul dari takut akan Tuhan (Ayub 28:28; Mazmur 111:10; Amsal 1:7; 9:10). Pertama, Allah memberikan hikmat dan manusia bergantung pada anugerah-Nya untuk bisa memahami hikmat. Pendidikan pada dasarnya harus berpusat kepada Allah, dengan memandang Allah sebagai sumber. Implikasi kedua adalah pendidikan harus mempunyai dampak terhadap hidup orang dan seharusnya dapat memapukan mereka untuk menangkap konsekuensi praktis dari kebenaran yang dipelajari atau diteliti dengan seksama. Implikasi ketiga bagi pendidikan adalah bahwa mereka yang berstatus pendidik harus dievaluasi untuk melihat sejauh mana mereka telah menunjukan kepemilikan akan karunia hikmat dari Allah.
LITERATUR PROFETIK
Para nabi adalah pendidik sosial di zamannya. Mereka menyatakan keinginan hati Allah yang menginginkan kebenaran dan keadilan tercipta dilingkungan mereka hidup. Pengajaran profetik tidak selalu tidak selalu diterima dengan baik dan membungkam mulut para nabi adalah salah satu respon terhadap pengajaran mereka.
PERJANJIAN BARU
            Perjanjian baru sama seperti kitab suci orang Ibrani atau perjanjian lama juga memberikan berbagai ide-ide pentng berkaitan dengan tugas mengajakan Iman. Yesus sebagai guru harus menerima sikap-sikap yang tidak menerima pesan yang dibawa-Nya. Fakta-fakta tentang Inkarnasi-Nya, ancaman akan dibunuh di Betlehem, penolakan atas dirinya di nazaret, dan penyaliban-Nya di Yerusalem, semuanya merujuk pada resiko dan harga yang harus dibayar saat mengajarkan kebenaran di zaman-Nya.
Injil Matius : Membagikan Visi Misi Dan Memori
            Dalam Perjanjian Baru memang pola pendidikan Perjanjian Lama tetap dipertahankan, tetapi para pengikut Yesus diberikan agenda baru untuk melaksanakan praktik dan pendidikan mereka (Matius 28:16-20) Tujuan pelayanan pemuridan ini adalah memampukan orang lain menjadi murid-murid Yesus Kristus yang taat. Mengajarkan ketaatan adalah tugas yang sulit. Tujuan memuridkan bergantung sepenuhnya pada membagikan konten pengajaran Yesus sendiri, kebenaran-kebenaran dinyatakan Allah dengan implikasinya secara langsung terhadap kehidupan kita. Model pengajaran Perjanjian Baru tentang pendidikan Kristen adalah pendidikan yang befokus pada membagikan Visi, Misi dan memori kristiani, sementara para pengikut Kristus berusaha setia pada panggilan Allah didunia ini. Ada banyak faktor lain yang harus kita pertimbangkan, tetapi model-model Alkitabiah bisa dikaji ulang dan ditafsirkan ulang dalam rangka memberikan suatu kerangka berpikir saat mengonsepkan dan mempraktikan pendidikan Kristen.
Injil Lukas :Metode Dari Sang Guru Agung
            Pendekatan Yesus dalam berinteraksi dengan murid-murid-Nya mengandung tiga elemen yang sangat penting untuk diperhatikan. Pertama, Yesus menajukan pertanyaan (Lukas 17-19). Kedua Dia mendengarkan respon mereka terhadap pertanyaan yang Dia ajukan. Ketiga hanya setelah bertanya dan mendengarkan, Yesus menasihati para murid-Nya dan membuka kitab suci sambil menjelaskan maknanya. Prinsip-prinsip umum adalah pengajaran Yesus bersifat otoritatif; Yesus percaya akan kuasa kebenaran dalam rangka meyakinkan para pendengar-Nya; Yesus berusaha membuat orang berpikir; Yesus menghidupi apa yang diajarkan-Nya;  dan Yesus mengasihi murid-murid-Nya.

1 Korintus 2:26-16 Hikmat Dan Roh Kudus
            Para pendidik kristen harus mempertimbangkan pelayanan pengajaran Paulus di abad pertama. Paulus mengajar dengan menggunakan kata-kata yang diajarkan Roh, menyatakan kebenaran rohani dalam perkataan yang bersifat rohani juga. Hikmat dari Roh Kudus berbeda sekali dengan pengetahuan atau hikmat dari dunia. Paulus tidak mengatakan semua pengetahuan itu jelek, tetapi dia menilai semua pengetahuan lewat pekerjaan Roh Kudus sehingga membuat kasih Kristus menjadi nyata.
Surat Efesus : Pola Dan Tujuan
            Pola pelayanan Paulus seperti terlihat di surat Efesus, dan juga di surat-surat lainnya, adalah sebuah pola yang menggabungkan pengajaran, doa syafaat, dan nasihat. Doa syafaat adalah doa bagi mereka yang sedang diajar, dengan kebergantungan pada Allah dan Roh Kudus. Elemen ketiga dari pengajaran Paulus adalah nasihat. Mengajara adalah sebuah karunia Rohani, Tujuan pengajaran adalah menyiapkan umat Allah untuk pekerjaan pelayanan dalam gereja dan di dunia. Karunia mengajar diberikan supaya tubuh Kristus, gereja, bisa dibangun.
Surat Kolose Dan Filipi : Hikmat Dalam Kristus
            Dalam (Kolose 1:9-14) Paulus berdoa agar Allah memenuhi oran-orang Kristen Kolose dengan pengetahuan akan kehendak Allah secara sempurna melalui seluruh hikmat dan pengertian yang benar. Di dalam Kristuslah integrasi dan keutuhan pendidikan dapat ditemukan, karena didalam Dialah berdiri seluruh kekayaan, hikmat dan pengetahuan. Kristus sendiri adalah pusat dari seluruh kehidupan berdasarkan pola pandang dan pola hidupnya.
Supremasi Hubungan
            Pendidikan Kristen berpusat pada hubungan dengan Allah Tritunggal, dengan orang lain dan semua ciptaan lain. Yesus memberi teladan kasih ini dalam peristiwa ketika Ia mengajar Nikodemus dan wanita samaria seperti yang ddicatat dalam injil Yohanes. Dalam Yohanes 15:12-17 yang menuliskan tentang perrintah baru Tuhan Yesus unttuk mengasihi orang lain sama seperti dia telah mengasihi murid-murid-Nya. Orang yang diajar harus dipersiapkan dan diperlengkapi untuk mengajar orang lain juga.

Surat Ibrani : Pertanyaan Tentang Kesiapan
            Ibrani 5:11-6:3 memberikan gambaran pentingnya pertanyaan tentang kesiapan sebelum dan selama terjadinya interaksi dalam pengajaran. Konfirmasi tentang adanya karunia mengajar akan terlihat dalam pelayanannya yang dilakukan secara aktif dan didalam sikap keterbukaannya yang tulus terhadap respon orang lain serta nyata dalam peningkatan keterampilannya dalam mengajar.
Model Yang Terintegrasi
            Iman dipandang sebagai sesuatu yang mengandung beberapa dimensi, yaitu dimensi notitia(afirmasi intelektual), assensus (afirmasi afektif), dan fiducia (afirmasi intesional) ketika seseorang merespon pekerjaan dan pernyataan Allah dalam Yesus Kristus. Kasih sebagai salah satu bentuk kebajikan sangat terkait dengan dimensi temporal masa kini. Fokus dari Kasih adalah memaksimalkan potensi dari setiap situasi dan interaksi yang terjadi pada masa kini. Penyembahan adalah partisipasi aktif dalam liturgi yan dilakukan oleh komunitas Iman, yang memberikan hormat, kemuliaan, pujian, dan syukur kepada Allah. Partisipasi aktif dalam liturgi ini adalah akan menghasilkan penerimaan akan ide-ide baru tentang Allah, diri sendiri, atau dunia ini.
KESIMPULAN
            Perspektif Kitab Suci merupakan dasar yang esensial untuk membangun pelayanan pendidikan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Allah Tritunggal dan orang-orang yang telah diangkat menjadi anggota keluarga Allah, yaitu mereka yang diberi karunia dan diperlengkapi bagi pelayanan pedidikan. Dalam banyak upaya yang dilakukan oleh mereka, para pendidik kristen hendaknya merenungkan nasihat Petrus berikut ini:
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan Firman Allah ; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala seuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin. Para pendidik Kristen harus mengevaluasi komitmen teologis mereka.

BAB II
FONDASI TEOLOGIS
A.  Empat Elemen Teologi Yang Unik
Pendekatan injili pada pendidikan agama menekankan pada empat elemen unik yang secara natur merupakan teologi utama : otoritas Alkitab, pentingnya pertobatan, karya penebusan Yesus Kristus dan kekudusan pribadi. Kekuatan individu bisa berpotensi menjadi kelemahan apabila kekuatan tersebut membatasi kesadaran akan dimensi-dimensi lain, seperti dimensi kehidupan, kebenaran atau relasi. Para pendidik Injili bisa mengargai karunia yang berbeda-beda yang mereka miliki dan sadar akan potensi bahaya yang bisa berakibat pada terlalu fokus pada satu elemen, ketidakseimbangan kepekaan.
B.  Otoritas Alkitab
Kitab suci dipandang sebagai yang diispirasi secara ilahi dan orang percaya dipanggil untuk menemukan agenda alkitabiah didalam pendidikan Kristen, sama seperti mereka juga terpanggil untuk menemukannya didalam seluruh aspek pemikiran dan kehidupan. Kitab Suci berfungsi sebagai otoritas final dan sebagai filter (penyaring) yang digunakan untuk memeriksa semua kebenaran apakah sesuai dan konsisten atau tidak dengan dunia dan cara pandang kekristenan. Kitab Suci berfungsi sebagai Firman Allah yang tertulis yang menyingkapkan Firman Hidup Yesus Kristus yang memberikan perspektif pada Firman yang kreatif seperti yang digambarkan dalam Kejadian 1 dan Yohanes 1. Oleh karena itu orang kristen harus berhati-hati mendasarkan apa yang mereka bangun terhadap fondasi Alkitab. Bahaya dari elemen yang unik dan saling berbeda ini adalah mengarahkan kepada ortodoksi yang mati (kaku), sebuah literalisme atau biblikalisme yang menekankan pada proposionalitas Alkitab yang terpisah dari kehidupan dan relasi.
C.  Pentingnya Pertobatan
Pemberitaan Injil dan pertobatan adalah dua isu dalam pendidikan yang bisa saling melengkapi fokus pada katekisasi dan pembinaan katekisasi adalah Intruksi yang membina proses Integrasi kebenaran Kristen dengan kehidupan. Pembinaan adalah berbagai aktivitas kebersamaan yang dilakukan secara interpersonal diantara orang Kristen yang di cirikan oleh adanya kasih dan pemeliharaan spritual yang menghasilkan kebangunan Gereja Kristen. Masalah pertobatan juga dijelaskan oleh Yohanes dalam 1 Yoh 5:9-12, dimana Iman didalam Anak Allah sifatnya sangat esensial dalam perjalanan kita bersama Tuhan. Penginjilan bisa didefenisikan sebagai mempresentasikan Yesus Kristus didalam kuasa Roh Kudus yang memampukan seseorang menempatkan Iman mereka dalam Tuhan melalui Kristus dan untuk menerima Kristus sebagai juruslamat mereka, dan untuk melayani Tuhan didalam persekutuan dengan gereja-Nya dan dunia.
D.  Karya Penebusan Yesus Kristus
Pendidik Injil meyakini doktrin-doktrin frudamental karena doktrin-doktrin itu menjadi kerangka berpikir yang penting dimana Iman Kristen didefenisikan secara historis berdasarkan doktrin-doktrin tersebut. Dalam menghadapi dampak nyata dari kepercayaan-kepercayaan tentang pola pikir dan praktik pendidikan, sangatlah tepat bagi para pendidik untuk mempertimbangkan implikasi lain yang mungkin muncul. Kesetiaan kepada Kristus menuntut adanya ketekunan dalam hubungan dengan pribadi yang berbeda-beda, baik dalam kenyataan budaya, politik, ekonomi, dan sosial.
Hubungan antara teologi dengan pendidikan Kristen adalah sebuah isu krusial. Sara Little memberikan beberapa kemungkinan berikut:
a.    Teologi adalah konten yang harus diajarkan dalam pendidikan Kristen
b.    Teologi adalah referensi untuk apa yang harus diajarkan serta untuk metodologi dan berfungsi sebagai norma untuk menganalisis karya-karya kritis dan mengevaluasi semua pendidikan Kristen.
c.    Teologo tidak relevan dengan tugas pendidikan Kristen; karena itu pendidikan Kristen bersifat otonom.
d.   “melakukan teologi” atau menteeologikan adalah pendidikan Kristen dalam arti memampukan seseorang untuk merefleksikan pengalaman dan perspektif mereka saat ini didalam pernyataan Iman dan penyataan Kristen.
e.    Teologi dan pendidikan Kristen adalah dua disiplin ilmu yang berbeda, yang terikat secara mutual dan saling bekerja sama untuk kemajuan kerajaan Allah.


E.  Kekudusan Pribadi
Dedikasi seseorang kepada Yesus Kristus dan Iman Kristen ditunjukkan dalam kehidupan spritual yang murni. Kehidupan yang dimulai sesudah pertobatan kemudian harus dipelihara terus melalui hubungan orang tersebut melalui hubungan orang percaya tersebut dengan orang percaya melalui hati,roh dan juga pikiran. Teologi konservatif juga mengimplikasikan sebuah sikap terhadap kehidupan yand tidak peka terhadap pekerjaan Allah yang continue dalam proses sejarah dan Tuhan memberikan kantong kulit anggur yang baru pada gereja-Nya untuk kemajuan kerajaan-Nya didunia. Kekudusan yang dangkal juga bisa menghasilkan penyelesaian masalah yang memberikan solusi yang mudah terhadap masalah sosial yang kompleks dan ketidakpekaan yang memisahkan orang Kristen dari kepedulian terhadap budaya.
F.   Fondasi Ortodoks
Diluar empat elemen teologi , sangatlah mungkin untuk menggambarkan fondasi teologis dari pendidikan injili dengan merujuk pada pengakuan Iman Rasuli, yang memberikan kerangka untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan Kitab Suci.
G. Tuhan Sang Pencipta
Karena Tuhan adalah pencipta dunia dan umat manusia, maka Tuhan adalah sumber kehidupan dan manusia bertanggung jawab kepada Tuhan. Tuhan, sebenarnya menciptakan perjanjian kreatif dengan manusia. Pendekatan pendidikan yang berpusat pada Tuhan bergantung pada penyataan ilahi dan mendorong manusia untuk menemukan makna hidup dalam Tuhan, yang merupakan hal yang esensial. Karena Tuhan adalah pembebas manusia baik individu, kelompok, dan masyarakat ; Tuhan adalah sumber kebenaran, keadilan dan kebebasan ; yang kepada-Nya manusia harus bergantung agar mendapat kepenuhan ; dan Dialah yang memulai perjanjian penebusan. Para pendidik Kristen dipanggil unttuk meningkatkan kesadaran manusia dalam isu yang berkaitan dengan kebenaran , keadilan yang kebebasan sebagai komponen pekerjaan Tuhan yang masih berlanjut dibumi.
H.  Yesus Kristus
Yesus Kristus adalah Anak Allah, Tuhan dan Juruslamat. Anak Manusia dan Raja. Karena Yesus Kristus adalah pemberi hidup, pendidikan Kristen harus beerusaha untuk menjadi berpusat kepada Kristus dalam arti memampukan orang untuk mengenal Firman yang Hidupdan bertumbuh dewasa mengenal Dia. Sebagai Anak Manusia, yang adalah cara yang dipilih-Nya dalam menyatakan diri-Nya, Yesus Kristus peka terhadap kebutuhan dan dilema keberadaan manusia dan secara aktif berdoa syafaat bagi mereka yang berkomitmen kepada Dia. Teladan Yesus Kristus dalam kehidupan-Nya sebagai manusia dibumi dan pelayanan pengajaran-Nya, bersifat instruktif baik bagi pendidik maupun peserta didik.
I.     Roh Kudus
Roh kudus adalah yang mulai memelihara kehidupan, Roh kebenaran yang mentransformasi manusia. Para pendidik Kristen, orang tua, administrator dan peserta didik harus peka dengan pekerjaan Roh Kudus dalam memotivasi manusia dan berdoa agar Roh Kudus bisa bekerja dengan efektif dalam hidup mereka. Ada banyak cara bekerja sama dengan Roh Kudus didalam dan diluar temuan pendidikan, yang bisa dieksplorasi.
J.    Firman Allah Yang Tertulis
Alkitab adalah dasar otoritas penyataan Tuhan dan merupakan sumber kebenaran bagi seluruh kehidupan. Alkitab berfungsi sebagai otoritas final atau filter yang menyaring dimana seluruh kebenaran dievaluasi melaluinya.
K. Gereja Yang Katolik Dan Kudus
Gereja adalah tubuh Kristus. Gereja kudus karena kekudusan dan kebenaran Kristus, dan Gereja itu Katolik atau universal, yaitu termasuk semua orang yang dari berbagai budaya, bangsa dan suku bangsa di sepanjang zaman. Gereja adalah organisasi dan organisme dengan memberikan perhatian pada struktur dan relasi dimana keduanya harus sesuai. Usaha pendidikan Kristen harus bisa menjembatani tujuan, tugas dan misi Gereja Kristen.
L.  Persekutuan Orang Kudus
Mereka yang terlibat dalam pendidikan terpanggil untuk menjaga hubungan positif  yang menyeimbangkan kepedulian terhadap kebenaran dan kasih. Hubungan yang ada harusnya membawa kemuliaan bagi nama Kristus.
M.   Pengampunan Dosa
Orang Kristen perlu rekonsiliasi dan pemulihan hubungan mereka dengan Tuhan dan sesama.
N.  Kebangkitan Tubuh
Cara pandang Alkitab terhadap manusia adalah holiistic (menyeluruh).  Pendidik Kristen di tantang untuk memperbaiki penekanan berlebihan pada dualisme tubuh / jiwa dan di kotomi teoritikal / praktikal, yang menentang praktik pendidikan dan berusaha membuata integrasi.
O.  Hidup Kekal
Berbagai usaha manusia yang menjadi bagian dalam pendidikan Kristen harus di evaluasi  dalam kaca mata rencana besar Allah bagi ciptaan dan bagi komunitas orang yang telah di tebus.
CARA PANDANG REFORMED TERHADAP PENDIDIKAN
            Pendidikan      Reformed secara umum menekankan tiga dogma teologi yang berbeda yang bisa di gunakan sebagai pemandu cara pandang mereka terhadap pendidikan: perjanjian penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa dan perjanjian penenbusan.    
Dari perjanjian penciptaan, pendidik Reformed menekankan bahwa semua manusia adalah penyandang citra Allah oleh kerena itu manusia diinstruksikan untuk menunjukan kemuliaan Tuhan.Tugas para pendidik adalah mendorong manusia untuk memenuhi tanggung jawab mereka, yang secara ultimat berhubungan dengan rasa hormat mereka di dalam relasi kepada Tuhan Allah sebagai pencipta mereka. Karena itu pendidik Reformed pada puncaknya berusaha memampukan peserta didik untuk memegang teguh implikasi dari cara pandang kekristenan dalam seluruh bidang kehidupan.
Dogma kedua yang di pegang oleh para pendidik Reformed adalah tentang kejatuhan manusia dalam dosa. Manusia dengan kehendak bebasnya melawan Tuhan dan menolak untuk hidup dalam ketaatan penuh, dan lebih suka hidup dan bertindak seolah-olah mereka memiliki norma-norma sendiri.
Dogma ketiga perjanjian penebusan, memberikan harapan bagi umat manusia dan ciptaan Tuhan untuk mengalami penciptaan ulang dan pembaruan didalam Yesus Kristus.


CARA PANDANG PAULO FREIRE
            Freire menjelaskan teori pendidikannya dalam cultural action for freedom : “ pedagogi kita tidak bisa berjalan tanpa adanya visi manusia dan dunianya. Pedagogi tersebut meformulasikan humanis yang ilmiah, yang menemukan ekspresinya dalam praktik dialogis dimana pendidik dan peserta didik bersama-sama menganalisis realitas dehumanisasi, melawannya, dan pada saat yang sama mengumumkan transformasi manusia atas nama kebebasan manusia”.
            Teologi freire melambangkan definisi ulang dari pengertian Teologi tradisional yang selaras dengan banyak cara pandang Teologi pembebasan. Tuhan di pandang  sebagai pencipta yang ingin membangun hubungan pembebasan dengan manusia.
Tuhan terlibat dalam dalam proses pembentukan manusia dan dunia yang terus menerus berlangsung  dengan cara kerja sama dengan manusia. Penebusan di devinisikan ulang sebagai kerelaan orang Kristen untuk mengalami kematian dengan cara bergumul untuk mendapatkan hidup baru dan kebebasan untuk orang tertindas serta tidak menjadi netral di dalam pertentangan politik. Keselamatan tidak di pandang sebagai hal individual seperti dalam istilah yang menggambarkan proses membangun manusia dan masyarakat kepada kebebasan sejati.










BAB III
FONDASI FILOSOFIS
            Fondasi ketiga bagi pendidikan Kristen adalah filosofi, yang dalam hubungannya dengan fondasi Alkitab dan Teologi, akan memberikan dasar-dasar yang bersifat transkultural dan kultural dalam rangka memandu pola pikir dan prakti pendidikan.
A.  Definisi Umum
Sebuah cara pandang bisa di definisikan sebagai sekumpulan asumsi mendasar yang melahirkan pola pikir dan tindakan. Cara pandang kristiani terdiri dari sekumpulan kepercayaan Kristen yang fundamental dalam menjelaskan hubungan antara Allah dengan ciptaan.
Tugas pendidikn Kristen pertama-tama adalah mengeksplorasi cara pandang Kristianinya yang akan mempunyai implikasi langsung dan hasil berupa tindakan bagi pendidikan. Secara umum filsafat berarti suatu displin ilmu yang membahas tentang natur realitas dan meneliti tentang prinsip-prinsip umum pengetahuan, eksistensi dan kebenaran, filsafat Kristen juga peduli tentang realitas dan kebenaran Allah. Filosofi pendidikan Kristen didefenisikan sebagai “suatu usaha menyusun secara sistematis beberapa pemikiran tentang pendidikan ketika diberikan makna berdasarkan pengajaran yang alkitabiah yang menyatakan Kristen yang ortodoks”.
B.  Defenisi Pendidikan
Pendidikan formal didiefinisikan sebagai pendidikan yang konvensional, yang disamapaikan secara teratur, logis, terncana, dan sistematis. Pendidikan formal secara langsung dikaitkan dengan intitusi sekolah dan pengalaman kelas yang aktual. Pendidikan Informal didefinisikan sebagai pendidikan kehidupan. Pendidikan informal terjadi lewat identitas dan pengalaman yang dibagikan. Pendidikan seperti ini terjadi diluar sekolahdan ruang kelas.
Banyak tanggung jawab pendidikan yang digariskan Alkitab dialamatkan kepada orang tua sebagai wakil dari komunitas Iman. Saat seseorang bertumbuh dalam komunitas Iman atau keluarga, sebagian atau mungkin sebagian besar dari pengalaman pembelajarannya bersifat tidak terencana dan tidak sengaja. Pendidika didefinisikan sebagai proses berbagai konten dengan orang lain dalam konteks masyarakat dan komunitas.
C.  Defenisi Pendidikan Kristen
Ada beberapa alternatif dari pendidikan Kristen berikut ini :
1.    Pendidikan Kristen adalah prosese belajar mengajar yang berdasarkan Alkitab, dimampukan oleh Roh Kudus (berpusat kepada Kristus). Pendidikan Kristen juga memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, dengan keseluruhan fokusnya pada keteladanan Kristus Sang Guru Agung dan amanat Agung-Nya dalam menghasilkan murid-murid yag dewasa.
2.    Pendidikan Kristen adalah proses yang berpusat pada Kristus, berdasarkan pada Alkitab, berkaitan dengan mimbar ketika mengkomunikasikan Firman Allah yang tertulis  melalui kuasa Roh kudus dengan tujuan memimpin orang lain kepada Kristus dan membangun mereka kedalam Kristus.
3.    Pendidikan adalah proses melibatkan kerja sama antara Tuhan dengan manusia dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan orang-orang dalam kehidupannya, yakni dalam hal pengenalan yang saleh, iman, pengharapan dan kasih melalui Kristus.
4.    Pendidikan Kristen adalah suatu usaha manusia dan ilahi yang bertujuan sistematis dan teruji waktu untuk membagikan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan, kepekaan dan tingkah laku yang konsisten dengan iman Kristen.
            Pendidikan didefinisikan untuk memperluas pendidikan melampaui konteks sekolah yang mencakup berbagai pihak dan institusi yang yang berperan sebagai pendidik.
D.  Metafisika
Ide-ide penting dalam metafisika akan memengaruhi setiap tingkat dari tangga filosofi yang diajukan Dejong, tetapi dengan cara yang unik metafisika juga memengaruhi pendidikan Kristen.
E.  Epistemologi
Cara pandang Kekristenan  terhadap dunia dan alam ini menunjukkan bahwa seluruh ciptaan itu nyata dan terbuka terhadap percobaan; Ilmu pemgetahuan yang bersifat empiris bisa diafirmasi kebenarannya. Pandangan Kristiani juga mempertahankan bahwa alam itu teratur dan bisa diselidiki dengan intelegensi, karena ilmu pengetahuan yang teoritis adalah benar.

F.   Aksiologi
Stetika dalah studi tentangt keindahan dan dimensi kreatif dalam kehidupan.l hubungan antara aksiologi dan pendidikan bisa dieksplorasi dengan memperimbangkan berbagai sistem nilai yang berbeda yang memengaruhi tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan.
HAL-HAL SPESIFIK BERKENAAN DENGAN FILOSOFI PENDIDIKAN
                        Tujuan umum dari pelayanan pendidikan gerejawi adalah bahwa semua orang mengenal dn mengembangkan suatu hubungan pribadi yang dinamis dan terus bertumbuh dengan Tuhan (Yoh. 17:3). Evaluasi adalah elemen terakhir yang memperkenalkan kembali suatu pertanyaan tentang nilai, karena denga  cara mengindentifikasikan nilai sesorang dapat melakukan suatu evaluasi.
FILSAFAT-FILSAFAT PENDIDIKAN YANG MODERN
            Lima kategori burgess (tujuan konten, pendidik, peserta didik dan lingkungan) akan kita gunakan untuk menggariskan elemen-elemen unik yang ada dari setiap filsafat berikut: evaluasi akan digunakan untuk mengkritis masing-masing pendidikan filsafat berikut: perenialisme, esensialisme, behaviorisme, progresivisme, rekontruksionisme, naturalisme romantis, dan ekstensialisme.
Ø Perenialisme
Perenialisme menekankan pengolahan kekuatan rasional dan keunggulan dinamis. Perenialisme mengakui tujuan intelektual, spritual dan etis dalam pendidikan ketika membimbing individu pada kebenaran kekal.
Ø Esensialisme
bagi esensialisme konten pendidikan mencakup beberapa disiplin akademis yang fundamental dan penguasaan pengetahuan dasar dan lanjutan. Esensialisme menekankan pendidikan yang kembali pada hal-hal mendasar sebagai mata-mata pelajaran yang harus di kuasai kebersamaan dengan beragam mata pelajaran lainnya. Bagi Esensialisme pendidik teladan adalah seorang yang mengerti kesusastraan dan ilmu pengetahuan.


BAB IV
FONDASI HISTORIS

Sejarah Dan Metode Sejarah
            Sejarah adalah ilmu dalam arti sejarah adalah kumpulan seperangkat penyelidikan yang berisi analisis dokumen dan bukti-bukti lain yang dilakukan dengan penuh keteraturan dan objectivitas. Metode sejarah dalam arti sempit berpusat pada pengejaran kebenaran yang didasarkan pada penyelidikan dan pemeriksaan bukti-bukti sejarah yang terdokumentai secara hati-hati.
Sejarah Dan Pendidikan
            Sejarah tidak bisa dijadikan sarana pencarian solusi cepat dan mudah bagi masalah masa kini dan masa depan. Sejarah tidak menyingkapkan jawaban yang khusus dan konkret bagi dilema dibidang pendidikan. Pemahaman terhadap ekologi dan patologi pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka memperoleh pengevaluasian kritis pada sejarah pendidikan. Pendidikan harus dilihat dalam hal efek pembebasan dan penekanan yang dihasilkannya terhadap seseorang, kelompok dan masyarakat luas. Masa lalu adalah gabungan dari hal-hal baik dan buruk dalam hal ini harus di kenali dalam area pendidikan.
Sejarah Dan Pendidikan Kristen
            Sejarah menyatakan bahwa Allah aktif dalam diri semua manusia yang memiliki gambar dan rupa-Nya, walaupun sudah tercemar dosa, dan tetap menopang mereka dengan penyertaan ilahi-Nya dalam apapun yang mereka lakukan. Setiap komunitas punya warisan atau kenangan yang bisa dijadikan panduan untuk hidup berkomunitas. Komunitas Kristen adalah sebuah Kristen yang dipakai untuk memandu pelayanan di masa kini dan masa depan.
Perjanjian Lama
            Pengajaran perjanjian lama termasuk didalamya intruksi dan nasehat atau peringatan. Pendidikan zaman perjanjian lama berpusat pada Taurat, hukum Tuhan yang pertama-tama disampaikan melalui oral(mulut ke mulut) lalu ditulis dalam kitab suci, yang didalamnya terkandung nilai moral dan spritual dari Tuhan. Tuhan adalah standar pengukuran untuk segala hal; semua segi kehidupan didedikasikan kepada Tuhan. Tujuan pendidikan dalam perjanjian lama adalah membawa sesorang kepada kekudusan dan transformasi.
Warisan Yunani
            Plato berpengaruh lebih besar pada kehidupan komunitas  Kristen. Plato mendifinisikan pendidikan sebagai pelatihanprogresif tehadap manusia sejak usia muda, dimana sesorang menjadi sangat bergairah menjadi warga negara yang sempurna dan belajar bagaimana caranya memerintah dengan adil. Konsep yunani yang cukup signifikan adalah paideia. Paideia melambangkan konsesus budaya mengenai hal yang membentuk kesempurnaan manusia.
Perjanjian Baru
            Beberapa tokoh perjanjian baru mempelajari Iman Kristen mereka dalam seting keluarga. Timotius dipengaruhi oleh neneknya, lois dan ibunya eunike (2 timotius 1:5; 3:15) cara mengetahui dan hidup sperti yang diajarkan dalam perjanjian baru membutuhkan keterlibatan aktif dalam dunia dalam ketaatan pada pemerintahan Kristus dan dalam respons terhadap pengalaman menjadikan Kristus raja dalam hidup mereka.
Orang Kristen Mula-Mula
            Pada gereja mula-mula, ada penekanan pada penyampaian warisan Kristen yang benar. Hingga abad ke-4, gereja melalukan pewarisan kebenaran-kebenaran Kristen ditengah masyarakat yang jahat dan karenanya gereja mengambil sikap kontra terhadap budaya demi menjaga kemurnian Iman. Tantangan dari dalam dan dari luar harus dihadapi dengan hati-hati sambil terus bercermin kepada Iman.
Abad Pertengahan
            Gereja tidak lagi membutuhkan pelayanan yang intensif bagi mereka yang mau bergabung sebagai anggota. Mereka yang secara intens berkomitmen pada formasi spritual dalam beberapa kasus bisa memilih untuk hidup dalam biara dan asrama yang telah didirikan untuk menjaga kelangsungan komunitas dan penegakan tata aturan melalui disipli, penuntun pekerjaan, dan latihan rohani. Perkembangan abad pertengahan ini pararel dengan meningkatnya anomali dan pluraliras visi dalam hidup, dan gereja lokal dizaman modern harus menjawab kebutuhan akan adanya satu pusat yhang menyatukan kehidupan kelompok dan komunitas.
Renaissance
            Renaissance adalah kebangkitan kembali, kelahiran kembali, pembaharuan pembelajaran yang terjadi pada abad ke-14 hingga ke-16. Pendidikan renaissance bercirikan adanya tujuan yang diperluas, dengan penekanan lebih mudah pada perkembangan individual. Individu dipandang sebagai identitas yang secara meningkat terpisah dari komunitas mereka, tetapi memiliki pengaruh personal yang bisa memengaruhi komuitas-komunitas tersebut. Kebergantungan pada Kristus dan Kitab Suci berasal dari pengenalan akan keberadaan dosa dan natur manusia yang sudah jatuh dalam dosa, yang memengaruhi semua logika yang tidak diarahkan, dan tidak ditundukan pada penyataan Ilahi.
Reformasi
            Pola pendidikan abad pertengahan (pelatihan dirumah, penyembahan, pengajaran pastoral dan bimbingan) terus berlanjut walaupun terjadi perpecaha gereja. Pelatihan dirumah dilakkan dalam wujud katekismus yang merupakan inovasi pendidikan utama, yang ditulis uuntuk anak-anak danorang dewasa, dan orang tua bertanggung jawab untuk pelatihan rohani bagi anak-anak mereka. Tujuan pendidikan Kristen adalah melatih semua orang Kristen menjadi Iman Allah yang hidup. Sesorang bisa mengenal Allah secara lansung dengan membaca Alkitab dengan menggunakan mata Iman. Selama masa reformasi, pendidikan demi kepentingan komunitas iman- adanya perlindungan, kemajuan dan perluasan komunitas iman- mulai membagikan pentingnya pendidikan bagi perkembangan individual.
Pendidik injili di pasca – perang dunia
Kontribusi pendidik injili setelah perang Dunia II dipandang dalam kaitannya dengan kontrovesi fundamentalis-modernis sebelumnya. Salah satu ekspresi gerakan liberal dalam pendidikan adalah penekanannya pada pendidikan yang progresif, yang didukung oleh usaha dan religious education association yang didirikan tahun 1903.
Kontinuitas dan penegasan ulang
            Orang Kristen tidak bisa memilih waktu perjalanan sejarah hidup mereka, tetapi berada disatu titik tertentu dalam sejarah mengharuskan mereka belajar dari masa lalu dan hidup dimasa kini dengan kepedulian akan mas adepan didalam Tuhan.

BAB V
FONDASI SOSIOLOGIS
Pendidikan Kristen berusaha berbagi dengan peserta didiknya bukian hanya apa yang ditetapkan sebagai realitas oleh komunitas Kristen selama berabad-abad. Pendidik Kristen berusaha membagikan pengetahuan yang esensial bagi kehidupan seperti yang dinyatakan dalam pribadi dan dan karya Kristus. Kekristenan adalah sesuatu yang abstrak yang tidak berhubungan dengan kehidupan manusia.
Kontruksi sosial dari relitas: budaya
            Ada banyak cara untuk melihat budaya dalam hubungannya dengan pedidikan. Tugas pendidik adalah membuat pengajaran mereka tetap update dan relevan dengan konteks budaya mereka supaya bisa terus memberi dampak pada peserta didik yang hidup dalam budaya tersebut. Dunia dan cara pandang Kristen adalah pola makna yang terus disampaikan dalam sejarah yang terwujud dalam simbol-simbol yang terkandung didalamnya. Teladan Kristus sebagai pengubah budaya menyoroti kebutuhan orang Kristen untuk mempromosikan pembaruan dan kebangkitan dalam budaya yang lebih luas sebagai sarana untuk mempromosikan kehendak Tuhan dalam kehidupan manusia.
Sosiologi Pengetahuan
            Sosiologi pengetahuan juga meneliti bagaimana subjek atau disiplin ilmu bisa dikontruksi secara sosial sebagai sebuah makna yang diterima semua orang. Alkitab melihat pengetahuan sebagai sesutau yang lahir dari pertemuan pribadi dengan Allah, dan pengenalan akan Allah dikaitkan dengan penyataan Allah dalam sejarah dimasa lalu dan janji-Nya akan masa depan. Namun Allah juga dinyatakan dalam situasi dunia masa kini dimana makhluk ciptaan Allah berada dan menghidupi sejarah mereka. Dengan mengerti sosiologi dari pengetahuan bisa memampukan para pendidik Kristen untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang berbeda dalam pengajaran mereka., yang dibangun dalam perspektif Iman.
Emile Durkheim
Durkheim memandang pendidikan sebagai sarana untuk memulihkan keseimbangan. Ahli sosiologi harus mempelajari jenis-jenis pendidikan yang umum yang berkaitan dengan berbagai jenis masyarakat, berusaha mencari tahu kondisi apa yang membuat jenis-jenis pendidikan itu bermunculan dari satu sama lain.
John Eggleston
Berbeda dengan Durheim, Jhohn Eggleston adalah pendukung sosiologi pendidikan”baru” yang berfokus pada bagaimana pengetahuan didefinisikan, diseleksi,diatur, di teruskan dan didistribusikan dalam sekolah itu sendiri.
Rolland Paulston
Kontributor ketiga dari perspektif sosiologi pengetahuan adalah Rolland Paulston. Dia  dan mengembangakan kerangka konseptual umum utuk para pendidikan komperatif dan interasional. Konstribusi terpentingnya  adalah mengaitkan berbagai komitmen yang berbeda dalam perubahan sosial dan pendidikan pada dasar kerangka konseptual atau orientasi ideologi. Paulston mengatakan bahwa reformasi teori pendidikan berakar dalam orientasi ideology yang sistematis tentang realitas sosial dan proses perubahan sosial.
Sebuah Model Penyelidikan Sosiologi
Pendidikan adalah makna yang dibagikan kepada semua orang dan pendidikan  secara khusus berpusat pada penemuan, akaumulasi dan distribusi dari makna ini. persepkif yang lebih luas tersebut di butuhkan oleh orang Kristen injili agar pandangan mereka tidak sempit dan mereka bisa lebih mengeksplorasi dampak utama budaya yang lebih luas terhadap komunitas iamn dan sampai sejauh mana aspek budaya tersebut bisa diterima dan atau dikritik.
Kesimpulan
·      Identifikasikan faktor budaya yang mempengaruhi lokasi sosial anda dalam hubunganya dengan praktik pendidikan.
·      Bernard Bailyn mendefinisikan pendidikan sebagai seluruh proses dimana budaya menyampaikan pesannya kepada berbagai generasi.
·      Bailyn menyebut keluarga ,gereja, komunitas, dan ekonomi sebagai sumbu pendidikan.




BAB VI
FONDASI PSIKOLOGIS
Mengintegrasikan pandangan pendidikan Kristen dengan psikologi merupakan sebuah tantangan.Hal itu di karenakan oleh beberapa alasan. Pertama, pendidikan yang secara umum di pahami dan di praktikan selama abad ke-21 ini sangat bergantung pada psikologi dan berbagai teorinya, penemuan-penemuan penelitianya dan praktiknya.Kedua, ada bermacam-macam cabang psikologi,termasuk psikologi behavioral, psikoanalistik, kognitif, perkembangan, gestalt, humanistik, sosial dan transformasional.Ketiga, orang Kristen di tantang untuk tetap setia pada pemikiran psikologi secara umum dan/ atau mengembangkan suatu psikologi Kristen untuk membangun konsep dan praktik pendidikan Kristen.
Empat Pendekatan Integrasi
Kita mempertimbangkan pemahaman yang di ajukan oleh Lawrence Crabb, seorang psikologi Kristen yang menyebutkan empat pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan yang” tepisah” tetapi setara dalalm memandang manusia dan dalam berelasi dengan manusia. Pendekatan kedua menolak pengetahuan dari psikologi dan  menempatkan  manusia dalam konteks agama yang ditentukan sebelumnya dimana kehidupan manusia di bentuk secara total di bentuk oleh pengetahuan dan prespektif agamawi yang tidak ternoda oleh psikologi ataupun oleh pengetahuan tentang pengembangan diri. Pendekatan ketiga bisa dijelaskan sebagai pendekatan yang terintagrasi, tetapi berpotensi untuk salah arah. Ini adalah pendekatan psikologi total terhadap pendidikan Kristen dan perkembangan iman yang membentuk kembali tuntutan-tuntutan iman yang radikal dan mengurangi cirri-ciri teologi Kristen yang unik (anugerah, keselamatan, dosa dan rasa bersalah dan respons pribadi teradap iman. Pendekatan keempat in I di jelaskan oleh Agustinus dari Hippo berabad abad yang lalu sebagai menggunakan rampasan dari orang-orang mesir. Didalam pendekatan ini ada upaya mencari kebenaran dalam semua bidang penelitian, termasuk psikologi, dalam rangka mengafirmasi bahwa seluruh kebenaran adalah kebenaran Allah.
Perkembangan Kognitif : Jean Piaget
Orang yang paling sering di asosiasikan dengan teori perkembangan kognitif adalah Jean Piaget, seorang filsuf epistemology berkebangsaan Swiss yang mempelajari tentang bagaimana awala mula dari struktur pikiran dan pengetahuan manusia lahir dan bagaimana hal tersebut berubah seiring terjadinya proses kematangan, khsusnya mulai dari lahir sampai usia remaja.
Psikologi  Perkembangan :Erik Erikson
Teori Erikson merupakan gabungan dari ilmu biologi, psikologi ego, dan antropologi dalam menganalisis bagaimana seseorang merasakan tubuhnya, dirinya dan perannya dalam masyarakat ketika berbenturan dengan beragam pandangan dalam kehidupannya.
Namun di luar dari kritik ini, teori Erikson harus di pertanyakan dalam kaitanya dengan asumsi-asumsi dasarnya.Pertama, Erikson berasumsi bahwa kepribadian manusia berkembang menurut tahap-tahap yang sudah di tetapakan sebelumnya menuju suatu kesiapan seseorang yang akan di arahkan pada, di sadari, dan berinteraksi dengan suatu radius sosial yang makin melebar. Kedua Erikson berasumsi bahwa masyarakat pada prinsipnya, cenderung berkonstitusi dalam rangka memenuhi dan mengundang serangkaian potensi untuk berinteraksi dan dalam upaya untuk mengamankan dan mendorong terciptanya tingkat kecepatan dan urutan berkembangnya semua potensi tadi. Ketiga Erikson tidak melihat setiap tahap itu sebagai sebuah pencapaian.
Perkembangan Moral : Lawrence Kohlberg
Lawrence Kohlberg adalah tokoh ysng sering di kaitkan dengan teori perkembngan moral. Proses berpikir moral adalah faktor utama dan menentukan dalam pendidikan moral bagi Kohlberg. Dia mengidentifikasikan tiga tingkat utama dari perkembangan moral : tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat paska konvensional atau tingkat prinspil.
Perkembangan Iman :James Fowler
            James fowler telah mengembangkan teori tentang tahap- tahap perkembangan iman yang membangun teorinya berdasarkan teori piaget tentang perkembangan kognitif dan teori Kohlberg tentang perkembangan moral Flower memandang iman sebagai sesuatu yang aktif dan sebagi sesuatu yang dip roses seseorang. Proses ini melibatkan pertumbuhan yang kontinu melalui tahap-tahap yang bersifat hierarkis (yang semakin kompleks dan bersifat kompleks), berurutan (muncul satu setelah yang lainnya sepanjang kehidupan),tidak berbeda (mengikuti urutan yang sama bagi semua orang), dan bersifat universal ( dapat diterapkan dalam semua konteks budaya dan masyarakat).
Terkait dengan kategori leving, tori fouler bisa digambarkan sebagai defelok mental,sosial, sangat kognitif(walaupun bersifat inklusif dalam ha dimensi afektifnya), mikroskopik, dan diferensial; teori ini juga lebih menekankan pada diskontinuitas dan yang aktif dari pada pasif. kritik dapat ditunjukan pada posisi yang bertengan dari masing-masing posisi yang membahas isu-isu ini, namun kritik yang paling keras dari pandangan kristiani terhadap pengertian ini dan asumsi-asumsi mendasar dari teori perkembangan Iman yang diyakini fouler adalah ketidakterlibatan Allah sebagai factor kunci dalam proses perkembangan iman. Fouler pada dasarnya berusaha menggeneralisasi konsep Imannya, supaya bermakna bagi semua orang.
Penelitian Neurologis Dan Edukasional
Penelitian baru dalam rangka memahami fungsi otak dan dampaknya terhadap pembelajaran dan perkembangan religius telah berkontribusi pada munculnya pada pandangan yang holistic. Fungsi otak telah di analis dalam hubunganaya dengan tiga area otak : batang otak atau bagian bawah yang mengatur stimulasi dan perhatian; system limbik atau otak tengah yang meliputi amygdale, hippocampus, dan hypothalamus adalah bagian yang mengatur emosi, rasa senag dan rasa sakit; dan cerebral correx yang terdiri dari bagian kiri dan kanan adalah bagian otak yang mengatur beragam bentuk berpikir yang berbeda. Bagia kiri dari cortex ini lebih berurusan dengan gaya berpikir logis, intelektual, rasional, abstrak, berurutan, verbal dan illmiah. Sementara bagian kanannya lebih berurusan dengan gaya berpikir intuitif, sensual, mitos, konkret, holistic, visual / spasial, dan puitis.

Asumsi-Asumsi Tentang Teori Perkembangan
            Praduga pertama dari teori perkembangan adalah bahwa seseorang bergerak melalui suatu rancangan dasar dan struktur yang sudah eksis sebelumnya. Praduga kedua adalah urutan yang tidak berbeda-beda. Praduuga ketiga adalah adanya integrasi dari elemen yang semakin kompleks. Praduga keempat adalah bahwa para indivudu berinteraksi dengan lingkungannya. Praduga kelima adalah praduga terakhir yang menyatakan bahwa perkembangan menuju kesuatu tujuan.





BAB VII
FONDASI KURIKULUM

Sebuah isu yang harus jadi fokus dalam mempertimbangkan kurikulum adalah devenisi. Diantara devenisi-devenisi tersebut beberapa di antarnya:
·      Kurikulum adalah konten yang disediakan bagi peserta didik.
·      kurikulum adalah pengalaman proses pembelajaran yang terpadu dan terencana bagi peserta didik.
·      kurikulum adalah pengalaman actual peserta didik atau partisipan.
·      Secara umum kurikulum termasuk materi dan pengalaman untuk pembelajaran. Secara khusus kurikulum adalah pelajaran tertulis yang di gunakan dalam proses pembelajaran dalam pendidikan Kristen.
·      Kurikulum adalah pengorganisasian aktivitas pembelajaran yang dipandu oleh seorang pengajar dengan tujuan untuk mengubah sikap.

Ada beberapa ahli teori yang mendevinisikan kurikulum sabagai sesuatu yang di rencanakan atau di maksudkan oleh pendidik, sementara pengajaran ( instruksi) adalah apa yang dialami oleh peserta didik.Kurikulum bisa di devinisikan sebagai konten yang di sediakan bagi peserta didik dan pengalaman pembelajaran mereka yang actual yang di pandu oleh seorang pelajar. Devinisi ini mengimplikasikan bahwa pengajar harus tanggap dengan tanggung jawabnya dalam menyampaikan konten dan pengalaman saat merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi pangalamannya. Pengalaman peserta diddik di pandu sedemikian rupa sehingga pengalam itu berkontribusi terhadap proses informasi, formasi dan transformasi yang mereka dapatkan. Tanggung jawab pengajar berkaitan dengan pengalaman peserta didik adalah menciptakan sebuah proses di mana pengalaman menjadi sesuatu yang diketahui dan bisa di evaluasi dengan refleksi. Lebar mengatakan konten Kristen tanpa di sertai pengalaman  adalah kosong dan pengalaman tanpa di sertai konten adalah buta. Tantangan bagi penyusun kurikulum adalah menggabungkan atau mencampurkan baik konten Kristen maupun pengalaman sehingga pikiran dan kehidupan peserta didik akan di pengaruhi dan di ubahkan oleh kebenaran Allah. Kebenaran itu merupakan konten yang esensial dalam pengajaran Kristen kebenaran  seperti yang dinyatakan dalam kristus dan kitab suci melalui pekerjaan Roh Kudus dan kebenaran yang bisa kia lihat dalam seluruh ciptaan. Seperti yang terlihat melaui sejarah, semua kebenaran adalah kebenaran Allah. Kasih merupakan saranan yang melaluinya kebenaran tersebut dengan efektif di komunikasikan. Orang Kristen di perintahkan untuk mengasihi dan bersaksi tentang iman mereka melalui kasi ini ( Yoh. 13:34-35). Kitab suci menggabungkan dua nilai kristiani ini dalam praktik pelayan Kristen dan secara khusus hal ini mengadung hal yang signifikan dalam pelayan pengajaran.
Metafora Kurikulum
Herbert M. Kliebard memberikan analisis yang membantu tantang metafora akar penyusunan kurikulum. Dia mengindentifikasikan tiga metafora yang mempengaruhi pola pikr dan praktik penyusunan kurikulum baik dalam pendidikan umum atau pendidikan Kristen : produksi, pertumbuhan, dan perjalanan.
Metafora produksi
Dalam metafora ini, kurikulum dilihat sebagai sarana produksi dalampendidikan, sementara peserta didik adalah mentah yang akan di transformasi menjadi produk yang sempurna dan berguna di bawah pengawasan tekknis yang berkemampun tinggi yaitu pendidik. Penggambaran lain untuk pendekatan ini adalah pendidikan yang berfokus pada pendidik atau pedagogi, merujuk kepada seni dan illmu mengajar anak-anak. Tujuan pembelajaran anak-anak dalam metafora ini sering kali di susun secara kompetitif atau komparatif oleh pendidik dengan berfokus pada pembentukan peserta didik menjadi sesuai dengan apa yang di tetapkan sebelumnya. Pendukung yang terkuat konsep ini dalam dunia pendidikan umum adalah B.F.Skiner, yang menekankan pada kebutuhan untuk membentuk perilaku seseorang melalui pengkondisin yang sistematis dan hati-hati atau modifikasi perilalaku.
Metafora Pertumbuhan
Dalam metafora ini, kurikulum di gambarkan seperti pemeliharaan ruti yang di berikan dalam situasi rumah kaca di mana peserta didik akan bertumbuh dan berkembang menuju potensi tertinggi mereka di bawah pengawasan dan perhatian bijaksana dan sabar. Setiap orang di ajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dan yang jadi norma adalah instruksi yang diindividualisasi.
            Potensi kekuatan metafora ini adalah fokusnya pada kebutuhan individu, fokus pada manusia melampaui respons mereka dan kebebasan untuk menekankan elemen-elemen yang berbeda dan unik. Kelemahan metafora ini adalah asumsinya bahwa peserta didik sampai tahap tertentu bisa mengarahkan dirinya sendiri dan bisa mengejar tugas-tugas karena adanya motifasi intrinsic yang terus meningkat.

Metafora Perjalanan
            Metafora ini melambangkan keseimbangan pendekatan yang berfokus pada pendidik dan peserta didik. Peserta didik relative saling bergantung dengan pendidik, tidak seperti dalam metafora produksi di mana peserta didik sangat tergantung pada pendidik dan dalam metafora pertumbuhan dimana peserta didik berdiri sendiri. Tujuan pembelajaran peserta didik di susun dalam struktur yang kooperatif atau kolaboratif yang mengasumsikan adanya suatu tingkatan tanggung jawab dalam diri peserta didik. Pengajaran di kaitakan dengan sebuah perjalanan atau sebuah rute yang akan di jalani oleh peserta didik di bawah kepemimpinan pemandu atau teman seperjalananyang berpengalaman.
            Pendidik adalah pemandu yang berpengalaman dan teman seperjalanan yang peduli dan menyemangati teman seperjalanannya. Ahli teori yang menekankan posisi perjalanan melalui kisah yang menceritakan, mendukung metafora ini. James fowler dan Richard peace, ke duanya menekankan posisi perjalanan dalam kaitanya dengan perkembangan atau pertumbuhan. Metafora ini menarik, karena natur kisah atau kualitas narasi dari suatu pengalaman manusia. Kelemahan metafora ini adalah waktu yang di butuhkan untuk mengembangkan hubungan personal antar pendidik dan peserta didik.

Posisi Nilai Dalam Kurikulum Yang Eksplisit
            Nilai secara umum di devinisikan sebagai konsep yang berharga, menarik dan mengandung kebaikan yang di berikan. Begitu orang Kristen mengidentifikasikan nilai dalam pendidikan yang konsisten dengan dunia dan cara pandang Kristen, mereka memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan nilai-nilai dalam penyusunan kurikulum dan pengajaran mereka.
            Kewajiban tersebut terdiri dari empat bagian dan membutuhkan adanya akuntabilitas teologi dalam praktik pendidikan :
·      Orang Kristen harus memiliki dan menghidupin nili-nilai yang mereka nyatakan. Ini adalah panggilan untuk menjadi berintegritas dalam membuat keputusan dalam menyussun dan merencanakan kurikulum.
·      Kewajiban kedua yang tidak boleh di lupakan dalam perencanaan kurikulum, adalah untuk menghidupin nilai-nilai Kristen,orang Kristen harus menerjemahkan nilai-nilai mereka menjadi tujuan kurikulum. Hasilnya adalah pengalaman pendidikan yang pincang yang di klaim sebagai pengalaman pendidikan kristen yang hanya merupakan, tetapi secara konten bukan. contohnya orang Kristen menyakini bahwa sumua kebenaran adalah kebenaran Allah. ini berarti semua peserta didik harus dimampukan untuk berpikir “secara kristus” tentang semua area pembelajaran.
·      kewajiban ketiga adalah kebutuhan untuk mengajar nilai-nilai dalam aturan instruturnasional dalam kehidupan sehari-hari. kehidupaan secara mendasar merupakan unsure sosial dan karporat.
·      kewajiban keempat adalah berkaitan dengan kebutuhan yang konstan untuk pembeharuan dalam formasi kurikulum, kebutuhan untuk menegaskan kembali nilai-nilai dasar dan tujuan.

Kurikulum Yang Implicit
Menurut Elizabeth Vallance, “ kurikulum implicit” mwngidentifikasi dampak samping dari pendidikan yang sifatnya non akan demis systematis yang dirasakan, tetapi tidak cukup untuk menjalaskan atau menjadi referensi bagi kurikulum yang eksplisit.
kurikulum eksplisit adalah tujuan umum kurikulum yang dinyatakan dan program atau event pendidikan tertantu. valance menyatakan ada tiga dimensi demana aspek kurikulum implicit bisa dipertimbangkan:
1.    kurikulum implicit bisa merujuk kepada berbagai macam konten pendidikan, termasuk interaksi peserta didik atau pendidik, struktur ruang kelas atau seluruh pola organisasi dalam pembangunan pendidikan yang menjadi sebuah mikrokosmos dari system nilai sosial.
2.    kurikulum implicit bisa mendukung sejumlah proses yang bekerja dalam sekolah, gereja atau rumah termasuk proses mengembangkan nilai proses sosialisasi, dan proses memelihara struktur sosial.
3.    kurikulum implicit bisa mengandung “rahasia” dengan tingkat kedalaman dan tujuan yang berbeda-beda, mulai dari yang tidak disengaja dan tidak dimaksudkan sebagai hasi samping dari penyusunan kurikulum sampai pada hasil penyusunan kurikum yang sudah terkandung dalm fungsi sosial historis pendidikan dalam berbagai kumunitas yang berbeda.
Sebuah unifersitas injili atau seminari teologi mungkin mempunyai elemen-elemen berikut dalam kurikulum implisitnya :
1.    masing-masing orang dalam kumunitas haru sudah memiliki pengalam pribadi dengan Yesus sebagi Tuhan dan jeruslamat.
2.    pengetahuan, pelayanan, disiplin dan kekudusan adalah idealisme tertingga dalam pelayanan Kristen
3.    Liberalisma dipandang sebagai musuh bagi iman injili
4.    lulusan inifersitasi injili atau institusi tertentu harus dihormati
5.    Orang injili yang beriaman adalah anggota partai republik atau orang injili pemikir adalah anggota partai democrat
6.    Orang injili bukan kommunis aktivis soaial atau kapitalis yang sukses .
7.    Orang injili adalah tulang punggung masyarakat kelas menengah di Amerika serikat
8.    Iman injili adalah perwujudan Kristen ortodoks yang sesuai sejarah kekristenan, di dalam dunia modern.
9.    Kalau Yesus masih hidup sekarang, dia pasti menjadi orang injili. Richards meyakini bahwa kurikulum implicit adalah kekuatan pendidikan yang paling kuat yang harus di hadapi oleh pendidik Kristen. Bahkan Richards mendevinisikan kurikulum implisit sebagi elemen-elemen yang ada dalam setip setting dimana orang percaya berinteraksi untuk mendukung atau mengendalikan proses transformasi. Bagi Richards proses transformasi ini adalah inti dari pendidikan Kristen yang mengkomunikasikan iman Kristen sebagai bagian dari kehidupan.

Kurikulum Nol
            Sebagai tambahan kurikulum implisit dan kurikulum eksplisit, muncul dalam berbagai setiap pendidikan, baik di gereja, rumah atau sekolah, terdapat juga yang di sebut “ kurikulum nol” Elliot Eisner mendevinisikan kurikulum nol sebagai sesuatu yang tidak di ajarkan secara sengaja. Dia menegaskan bahwa apa yang tidak di ajarkan mungkin sama pentingnnya dengan yang di ajarkan karena pengabaian mempengaruhi jenis pilihan yang bisa di pertimbangkan.
            Identivikasi kurikulum nol memampukan pengajar untuk jujur dengan keterbatasan mereka dan asumsi apa saja yang melandasi usaha mereka. Asumsi-asumsi ini adalah mengenai konten, manusia dan konteks pengajaran mereka yang menentukan parameter dari fondasi-fondasi kurikulum mereka.



Visi Yang Lebih Luas
            Hal ini berasal dari penekanan pada tujuan perilaku dalam pengajaran dan pembelajaran. Kejelasan dan kekhususan ini berkaitan dengan tujuan dan sasaran yang harus di tetapkan tetapi visi yang lebih luas di sarankan dengan cara mengeksplorasi model-model dalam Alkitab.

APENDIKS A
            Dilema  dalam konteks masa kini merupakan kombinasi dari panggilan orang –orang Kristen untuk menyaksikan iman mereka dan klaimnya akan kebenaran. Nyanyian Tuhan adalah salah satu kebenaran. Memang kebenaran, merupakan salah satu nada dari melodi yang di mulai saat penciptaan dan terus berlanjut sepanjang zaman.
            Nada-nada lain tersebut termasuk di dalamnya kasih, iman, sukacita, kebenaran, keadilan, kedamaian, ke kudusan, kekaguman dan penghormatan serta berbagai nilai luhur  ke kristenan lainnya.

Dunia Penerimaan Terhadap Yesus Dalam Dunia
            Adalah merupakan suatu perintah bagi kita untuk mengeksplorasi bagaimana cara Yesus di teriama di berbagai tempat yang berbeda dalam perjalanannya di bumi.
Empat contoh peneriamaan terhadap Yesus di dunia ini akan  kita pertimbangkan. Keempatnya adalah :
·      Penerimaan di bumi,
·      penerimaan di betlehem
·      penerimaan di  nazaret
·      penerimaan di Yerusalem
Masing-masing tema ini berkaitan dengan cara bagaimana orang Kristen bisa merespons tantangan postmodernitas.
Bumi: Inkar nasi Kedatangan Yesus kedalam dunia menendai pernyatan khusus iman Kristen.
Betlehem :Intimidasi
            Dari sejak kelahirannya di betlehem Yesus menjadi ancaman bagi orang lain dan pada akhirnya dia sendiri di ancam oleh banyak orang.
Nazaret : Penolakan, Penolakan Yeses di Nazaret menimbulkan ancaman ganda tentang dirinya baik di kampung halamannya dan dalam masyarakat Yahudi yang lebih luas.
Yerusalem : Penyaliban Sangat ironis bagi Yerusalem, kota damai, yang harus menerima kematian raja damai di kayu salib.

Implikasinya Pada Pendidikan
            Pencarian kebenaran adalah perjalanannya tidak berunjung kecuali kita menggantikan tempat Tuahan sebagi satu-satunya sumber semua kebenaran.
Bahaya pemberhalaan adalah kita harus terbuka pada pontesi transformasi atau perubahan selama proses pendidikan berlangsung.

APENDIKS B
Dalam Alkitab,  aktifitas menyeberang menjadi hal penting bagi panggilan kita sebagai pengenalan atau musafir dalam iman. Akan tetapi pengalam menyeberang  dari satu tempat ketempat lain mungkin saja memberikan peluang bagi terjadinyan transformasi. Transformasi menjdi pusat bagi perjalanan iman kita dengan Allah Tritunggal. Allah-lah yang berkepentingan  membuat kehidupan baru munculdan memelihara hidup tersebut melampaui apa yang bisa di laksanakan atau diinginkan manusia. Perubahan budaya yang diidentifikasi sebagai postmodernitas memberikan ruang bagi transformasi yang Allah ingin kerjakan dalam diri individu, keluarga, komunitas, gereja, masyarakat struktur dan ciptaan itu sendiri. Perubahan budaya tidak mengasumsikan kesetiaan kepada maksud atau tujuan Allah. Kepekaan rohania di butuhkan untuk menegaskan perubahan-perubahan bahwa Allah memang ingin menentang perubahan-perubahan yang merusak tujuan Allah bagi manusia dan seluruh ciptaan.

Penyeberangan Dalam Perjanjian Lama
            Cerita penyeberangan yang paling dramatis adalah tentang bagaimana bangsa Israel di bentuk dan di transformasi pada tittik yang kritis dalam sejarahnya.Ada pembebasan tersebut membuat penindas mereka harus membayar harga yang mahal. Namun, semua orang asing juga mendapat bagian dalam berkat-berkat rohani dari perjanjian baru yang diikat dengan Tuhan, dengan syarat mereka memenuhi kewajiban mereka ( kel.12:48). Penyeberangan yang kedua yang dicatat dalam Alkitab adalah menyeberangi sungai Yordan ( Yos. 1:4). Penyeberangan yang pertama, walaupun dramatis, tidak membawa kepada kelepasan penuh tetapi justru membawa pada perjalanan selama empat puluh tahun berputar-putar di padang gurun. Penyeberangan kedua di butuhkan untuk memasuki tanah perjanjian seperti yang Tuhan maksudkan.
            Kitab Raja-raja 2:1-14 menceritakan Elisa menyeberangi sungai Yordan dan di beri kuasa untuk meneruskan tantangan baru pelayanan kenabian setelah Elisa menyeberangan kea lam lain ( surga) dalam angin badai.Berpindahnya kepemimpinan dari Elia kepada Elisa di lambangkan dengan di terima jubah Elia oleh Elisa. Elisa tetap mengejar Elia menyeberangi sungai Yordan untuk meminta hak anak sulung dalam bentuk Roh dan kuasa.

Penyeberngan Dalam Perjanjian Baru
            Dalam perjanjian baru pribadi dan pelayanan Yesus adalah pusatnya. Yesus menyeberang posisinya sebagai Allah menjadi manusia dengan cara yang sederhana dan dramatis kebelikan dari penyeberangan yang di lakukan Elia. Dia datang sebagai bayi yang di lahirkan dalam situasi yang paling sederhana dan paling sulit. Situasi itu termasuk di dalamnya dominasi Romawi terhadap bangsa Israel. Dia juga menyeberangi dari kemultikulturalan yang telah mati di Galilea, ke Yudea dan Yerusalem dan dengan berani memberitakan bahwa kerajaan Allah sudah datang dalam dirinya.
Menyeberang Kepada Postmodernitas
            Komentator budaya popular dan tren filosofi mencatat bahwa kita sedang berada dalam proses menyeberang ke postmodrnitas. Pertimbangan terhadap fondasi-fondasi Teologi pendidikan Kristen dalam buku ini menempatkan Allah Tritunggal sebagai akar sumbernya. Kehidupan yang dinyatakan dalam diri Allah Tritunggal dan di tawarkan pada seluruh umat manusia dan seluruh ciptaan memuaskan kelaparan rohani yang sangat besar dalam diri manusia postmodernitas.

Menjadi Relasional
            Kembali kepada ikatan relasional yang di nyatakan dalam diri dalam diri Allah Tritunggal mengharuskan orang Kristen untuk mengklarifikasi dasar Teologi mereka. Gagasan ini tidak baru, tetapi aplikasinya pada realitas postmodern mengharuskan kita kembali pada elemen Kristen yang unik ini. James Smart dalam karya klsiknya The Teaching Ministry of the Church, mengatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal adalah poin esensial untuk mulai mengerti dasar teologi pendidikan Kristen.

Dilaksanakan Dalam Konteks Hubungan Rekanan
            Dengan mempertimbangkan kehidupan yang dinyatakan bagi umat manusia oleh Trirunggal orang Kristen terpanggil untuk kembali pada komitmen-komitmen komunal yang membentuk kehidupannya. Postmordenitas menghancurkan mitos individu yang mandiri dan secara total terpisah dari ikatan tradisi, keluarag dan komunitas luas. Pengetahuan itu sendiri di kenal sebagai konstruksi sosial dan kebenaran berbagai informasi diri media seperti internet harus di pertanyakan.

Menjadi Relevan
            Orang Kristen menegaskan ikata yang mereka punya dengan semua ciptaan Tuhan lainnya. Mengejar hal-hal baik itu sendiri adalah tugas utama yang mengharuskan adanya dialog yang terpelihara dan kemauan untuk menunjukan kasih dalam area sosial melalui pengejaran keadilan dan kedamaian ( Syalom). Alkitab menggambarkan syalom sebagai kepenuhan sebagai relasi dan persekutuan yang Allah sediakan bagi semua ciptaan.

Mempunyai Kejelasan Dalam Visi Dan Misi
            Dengan identifikasi dan penghargaan ulang terhadap hal-hal baik, lahirlah kebutuhan untuk mempertimbangkan kembali posisi hati nurani dalam pencaharian hikmat. Barry Harvey menggunakan karya Paul Lehmann dalam mengatakan bahwa orang Kristen berfokus pada hati nurani sebagai prinsip yang mengatur kehidupan bersama dan pendidikan mereka.

Mempunyai Kepemimpinan Yang Kuat
             Pendidikan adalah politik yang disebarkan secara lambat yang berusaha secara lambat yang berusaha menciptakan transformasi dalam situasi manusia. transformasi atau perubahan yang di cari itu tidak secara langsung berhubungan dengan proses legislative, eksekutif, atau Yudisial dalam politik dan organisasi kemasyarakatan.

Mengadakan Perayaan dan Kisah Sebagai Pusatnya
            Orang Kristen terlibat dalam pendidikan terpanggil untuk membangkitkan kembali sukacita dalam penyembahan public dan perayaan. Baik penyembahan dan peryaan merupakan sarana untuk membagikan sukacita sebagai tambahan sebagai ekspresi kemarahan dan keberanian yang terwujud dalam harapan.Sukacita adalah emosi yang paling dekat dengan hati Allah menurut cara pandang injili.
            Ekspresi sukacita dalam penyembahan dan perayaan adalah bentuk nonformal dan informal pendidikan dimana kehidupan di pandang dari prespektif hati Allah. Dalam penyembahan, bukan hanya hati nurani yang di libatkan tetapi lebih dari itu. Uskup Agung William temple menjelaskan makna lebih dari itu : menyembah adalah membangkitkan hati nurani di hadapan kekudusan Allah member makna pikiran dengan kebenaran Allah menyucikan imajinasi dengan ke indahan Allah, membuka hati bagi kasih Allah mengabdikan kehendak kita kepada rencana Allah.

Menjadi Inovatif
            Ajakan ketujuh dari postmodernitas adalah untuk mengenali adanya tuntutan berkesinambungan bagi pembaharuan reformasi dan refolusi yang Allah kehendaki hingga kekekalan. Karena natur dari kehidupan siklus kehidupan yang di ciptakan ini mencerminkan perubahan musim di alam dan di dalam siklus kehidupan manusia keterbukaan terhadap transformasi menjadi di butuhkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Kitab Ibrani (By Ian Delau)

Tantangan Remaja & Pemuda Pada Abad 21