Tantangan Remaja & Pemuda Pada Abad 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi
sebelum abad 21 menampilkan komunikasi antar bangsa, negara, wilayah yang tidak
mudah dilakukan. Banyak keterbatasan yang dihadapi, sehingga peristiwa yang
terjadi di satu tempat tidaklah mudah diketahui oleh orang-orang yang tinggal
ditempat lain. Dunia menjadi terpisah-pisah dalam ruang dan waktu. Kejadian di
Amerika tidak akan mudah diketahui oleh mereka yang tinggal dibelahan bumi
lainnya seperti Eropa, Asia, Afrika dan Australia. Dengan demikian pikiran,
pandangan, gaya hidup masyarakat di wilayah tertentu bersifat lokal dan khusus,
mengacu pada kebiasaan dan budaya setempat. Kondisi tersebut memunculkan
berbagai ragam tatanan masyarakat dan gaya hidup.
Keterbatasan
komunikasi juga mengisolir peristiwa yang berlangsung di wilayah tertentu. Peristiwa
di Banda Aceh, misalnya akan lama sekali sampai pemberitaannya di Merauke,
Irian Jaya. Namun, berkat perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi menjelang
abad 21, jarak tampaknya tidak menjadi masalah. Menit ini peristiwa terjadi,
menit berikutnya seluruh dunia bisa mengetahuinya. Ditemukannya satelit membuat
komunikasi menjadi lebih mudah. Kemudahan komunikasi inilah yang membawa penghuni
dunia ke dalam kehidupan bersama, yang memungkinkan mereka saling berinteraksi,
mempengaruhi dan dipengaruhi, juga dalam memilih dan pandangan serta gaya
hidup.
Kehidupan
remaja juga pada saat itu sangat perlu untuk diwaspadai, karena pertumbuhan dan
perkembangan dari pada teknologi sangat cepat memicu pola pikir remaja. Pola
pikir yang dimaksud adalah remaja dengan cepat sekali menangkap dan memahami
setiap informasi-informasi dari bangsa lain, karena abad 21 merupakan era
mulainya ilmu teknologi (IT). Ada banyak hal-hal yang mempengaruhi remaja pada
saat itu yaitu pikiran remaja yang terkontaminasi dengan pemikiran yang diluar
negaranya sendiri.
Moral
merupakan yang terpenting dalam diri seorang remaja. Namun jika moral itu
mengalami degradasi dalam moralnya maka itu adalah salah satu masalah yang
sering terjadi di tengah-tengah pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja.
Penyebab terjadinya degradasi moral terhadap remaja pada dasarnuya karena
kelalaian dan kurang perhatian orang tua, pemerintah dan lingkungan sekitar
dalam mendidik moral anak tersebut.
Dengan
demikian didalam makalah ini kami dari kelompok III akan membahas tentang
keadaan remaja pada abad 21 dan cara merangkul remaja.
B. Rumusan Masalah
1. Pergaulan
Remaja Pada Abad 21
2. Kenakalan
Remaja Pada Abad 21
3. Tantangan
Remaja Pada Abad 21
4. Merangkul
Remaja Pada Abad 21
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tantangan Remaja Pada Abad 21
Sebagian
orang menyebut generasi abad 21 adalah generasi Z atau generasi Platinum, generasi
yang lahir setelah generasi Y atau generasi Milenium. Belum ada kesepakatan,
mereka lahir sesudah tahun 2000, tapi ada juga yang berpendapat mereka yang
lahir pada pertengahan atau akhir tahun 1990-an atau dari pertengahan tahun
2000-an sekarang.
Sebagian
orang menyebut generasi ini seperti platinum yang sangat bernilai lebih dari
nilai emas. Mereka memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi orang yang
berkualitas dan produktif, namun demikian jika dilihat dari sudut pandang
Kekristenan, mereka berada pada kondisi yang sangat berbahaya karena mereka
berhadapan dengan jebakan duniawi yang sangat kuat.
Mereka
lahir dengan segala ketersediaan sarana serta kemajuan teknologi. Mereka
memiliki karakter yang lebih ekspresif dan eksploratif selaras dengan arah
perkembangan zaman, memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengakses dan
mengkomodir informasi sehingga mereka memiliki kesempatan lebih banyak dan
terbuka untuk mengenbangkan dirinya. Ditambah lagi, pada umumnya mereka lahir
dari orang tua (lahir ditahuan 70-an) yaitu generasi yang sudah memiliki
keinginan untuk mengoptimalkan potensinya, memiliki latar belakang, pendidikan
tinggi, terbuka, dan lebih mudah menerima perubahan, terutama teknologi.
Generasi
sebelumnya memang sudah memiliki tingkat literasi teknologi yang tinggi, namun
mereka hanya sebatas sebagai pengguna saja. Generasi platinum adalah generasi
yang memiliki orientasi dan tuntutan sekaligus kemampuan berkarya, berperan
sebagai produsen, kreator, ataupun inisiator.
Disisi
lain, mudahnya mereka mendapatkan informasi dan membangun komunikasi global
dapat mempengaruhi ilai-nilai kehidupan mereka. Mereka menerima semua informasi
tanpa filter sehingga budaya dunia yang bertubi-tubi datangnya itu begitu mudah
masuk dalam kehidupan mereka menjadi bagian hidup dan bisa menjadi norma
(aturan) mereka. Budaya dunia yang jauh dari pada kebenaran itu, antara lain,
hidup dengan semangat kompetisi yang tinggi, mengejar kenikmatan hidup,
anti-otoriterisme, anti-sosial, memetingkan diri dan kelompoknya, jiwa
pemberontak yang tinggi, menyukai bebas tanpa batasan, menghindari penderitaan,
mudah frustasi dan putus asa, suka terlibat dengan kuasa-kuasa gaib, suka pada
kekerasan hukuman.
Generasi
platinum juga ditandai dengan kehausan akan kepuasan rohani. Mereka yang
kristen pun lapar secara rohani tapi mereka tidak mencari Tuhan dalam Alkitab.
Namun yang mereka cari bukan kerinduan untuk Tuhan seperti yang tertulis dalam
Alkitab melainkan yang mereka lakukan adalah mencari tahu mengapa harus menjadi
Kristen diantara banyak ajaran lain.
Masih
banyak karakteristik anak muda generasi platinum yang dapat ditengarai, tetapi
dari karakteristiknya kita dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya generasi ini
mempunyai keadaan kesepian, haus kasih dan sesungguhnya membutuhkan injil dari
pada kebenaran.
B. Strategi
Menghadapi Generasi remaja Abad 21
Sebagai
para pekerja atau pelayan bagi anak muda generasi platinum, kita dapat
melakukan beberapa cara strategis dalam menjangkau dan menghadapi generasi
platinum. Salah satu strategi yang efektif adalah : melakukan pelayanan
berbasis relasi yang berkualitas dalam komunitas yang Alkitabiah, Yaitu KTB.
Pelayanan
dalam konteks postmodern mengharuskan kita membentuk komunitas yang Alkitabiah
dengan pendekatan relasional dan membangun relasi yang sehat dan kuat. Generasi
pada abad ke 21 pada dasarnya secara terus terang menolak relasi yang bersifat
imperasional dan superficial, mereka tidak ingin memiliki pola relasi yang
“cair” seperti dianut orang tua mereka, namun mereka lebih memilih pola relasi
tradisional atau sebuah relasi permanen.
Unsur
kedua dalam pendekatan ini adalah kekuatan kasih. “mereka mungkin nampak kasar
dan keras, namun hatinya mudah disentuh”. Unsur ini merupakan bagian terpenting
dalam mendekati pemuda era 21 karena meskipun watak dan karakteristik dari pada
remaja tersebut tidak bisa ditegur sama sekali namun mereka sangat tersentuh
apabila mereka ditegur dengan kasih dan perasaan dari pada orang yang
menegurnya itu sendiri. Akan tetapi mereka tidak akan pernah mau peduli sedikit
saja apabila mereka ditegur dan dibentuk dengan kekerasan dan tindakan yang
kasar terhadap mereka.
Unsur
ketiga adalah komunikasi intens. Komunikasi yang terus menerus memungkinkan
para pelayan anak muda ini menunjukkan bagaimana mereka memberi diri untuk
melayani sehingga generasi ini dapat menaruh percaya. Ketika rasa percaya sudah
terbangun, maka pemberitaan injil dapat disampaikan secara leluasa. Selain itu,
komunikasi yang intens memungkinkan para pelayan anak muda dapat menjadi model
bagaimana hidup sebagai pengikut Kristus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak muda generasi platinum adalah generasi anak-anak yang pandai, cerdas,
memiliki pola pikir yang unik, mungkin memiliki masalah kehidupan yang ekstrim
dan yang sangat biasa dengan kecanggihan teknologi. Menjangkau mereka
membutuhkan para pelayan anak muda yang cinta Tuhan, punya hati dan mempunyai
keterampilan yang cukup. Bagi kita, staf Perkantas, pola ini bukan hal yang
baru, kita perlu berupaya menambahkan berbagai keterampilan relasi,
komunikasi dan ketekunan menjangkau dan
mengasuh mereka disertai dengan doa.


Komentar
Posting Komentar