pancasila dalam konteks sejarah



Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak

LOGO STT CI BARU

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mata Kuliah Tafsiran Perjanjian Baru
Disekolah Tinggi Theologi Covenant Indonesia

Disusun Oleh
ELI KRISTIAN TELAUMBANUA

Mata Kuliah              PAK Anak
Dosen                         Tonni Junior Hutabarat, M.Pd.K
                
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA COVENANT INDONESIA
TAHUN AJARAN 20017/2018




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Pendidikan Agama Kristen sangatlah penting bagi setiap umat kristen, karena untuk lebih mengenal Tuhan haruslah dimulai dari yang namanya pendidikan Agama Kristen yang dipenuhi dengan ajaran-ajaran dalam berbuat kebaikan, taat pada perintah Tuhan dan hidup menurut kehendak Roh Kudus dalam kehidupan manusia.
PAK (Pendidikan Agama Kristen) merupakan pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus Kristus dan Alkitab (Firman Allah) sebagai dasar atau sumber acuannya. Menurut Marthin Luther, PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta sukacita di dalam Firman Yesus Krisrus yang memerdekakan.
Pendidikan adalah perintah Allah untuk seseorang. Tiga prinsip utama dalam Pendidikan Agama Kristen yaitu meningkatkan pengetahuan akan firman Allah, memampukan peserta didik menyatakan keberadaan dirinya dalam hidup sehari-hari, serta memampukan mereka untuk dapat hidup bersama dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

B.  Rumusan Masalah
1.    Dasar Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak Dalam Alkitab
2.    Metode Pendidika Agama Kristen Bagi Anak
3.    Tujuan Pendidikan Agama Kristen Anak

C.  Tujuan
1.    Mengetahui Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak Dari Alkitab
2.    Mengetahui Metode Pendidikan Agama Bagi Anak Dan Cara Melakukannya
3.    Dapat Mengerti Tujuan Pendidikan Agama Kristen




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Dasar Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak Dari Alkitab
PAK Anak tidak lepas daripada Alkitab, sebab pada hakikatnya PAK anak bersumber pada Alkitab. Baik pokok pikiran, tujuan, metode dan berbagai hal dalam PAK Anak tidak dapat dipisahkan dari Alkitab. Mengingat hal tersebut berikut akan saya uraikan beberapa dasar Alkitab yang menjelaskan mengenai PAK Anak.

1.    Dari Perjanjian Lama (PL)

a.    Ulangan 6:4-7

Hal pertama yang harus diperhatikan orangtua Kristen ketika mengajar dan mendidik anak-anak mereka sejak kecil adalah mengajar dan mendidik iman Kristen sejak kecil. Banyak orangtua “Kristen” di abad modern ini sangat MALAS mendidik tentang iman Kristen kepada anak-anak mereka sejak kecil. Mengapa? Karena bagi mereka, tugas mengajar dan mendidik iman Kristen adalah tugas sekolah minggu/gereja atau sekolah Kristen. Ini jelas salah. Pengajaran dan pendidikan iman Kristen kepada anak kecil dimulai dari orangtua. Di Perjanjian Lama, Musa mengajar kita, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ul. 6:4-7) “Mengajarkannya berulang-ulang” ajarkanlah kepada mereka dengan tekun/rajin. Bahasa Ibrani yang dipakai adalah shânan bisa berarti to point (menunjuk, menekankan, memberikan nasihat secara paksa). Di sini, kita beroleh pengertian bahwa mengajarkan iman Kristen bukan mengajar sembarangan, tetapi mengajar dengan menekankannya berulang-ulang, bahkan bisa dibilang memberikan nasihat secara paksa. Mengapa harus secara paksa? Karena anak kita dari kecil harus mendapatkan pendidikan agar mereka tidak terpengaruh oleh budaya/pemikiran luar. Sehingga hidup mereka lebih terarah dan tahu akan pentingnya arti dan panggilan hidup masing-masing pribadi yaitu untuk memuliakan Tuhan.

b.    Amsal 22 : 6

Diawali perintah : “didiklah”. Tuhan ingin anak diajar dan dididik. Caranya baik lewat ajaran berbuat baik, teladan yang baik dan memberi anak kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya ke dalam hidup sehari-hari. Tidak cukup bagi anak untuk sekedar tahu saja yang terpenting adalah tahu dan melakukan [teori dan praktek]. Mendidik anak sejak dini adalah suatu hal yang sangat penting. Karena didikan yang diberikan sejak kecil itu bila terus menerus ditanamkan akan menjadi disiplin/kebiasaan yang mempengaruhi karakter hidup si anak kelak. Seorang anak yang dibesarkan dengan didikan yang salah akan terus meyakini didikan tersebut, demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu, jangan sampai kita salah mendidik supaya tidak menghasilkan generasi yang salah didikan.
Contoh : -  guru / orangtua tidak bisa hanya menyuruh anak melakukan sesuatu keharusan tanpa guru / orangtua tersebut memberi teladan lebih dahulu.  
Ø  Berhati-hatilah dalam mengajar anak baik dalam sekolah minggu atau lingkungan keluarga, karena apa yang mereka terima akan tertanam sampai mati, (misalnya : mengajarkan yang tidak sesuai firman, menakut-nakuti anak, dsb). Hal tersebut bahkan dapat mempengaruhi kepribadian anak.
Ø  Jangan hanya mengajar, tapi libatkan anak untuk melakukan apa yang diajarkan (misalnya: hal-hal yang berkaitan dengan moral  ® jangan mencontek, jangan mencuri, dll).

c.    Amsal 29 : 17  

Orangtua yang berhasil dalam mendidik anaknya akan menghasilkan anak-anak yang baik, berbakti kepada orangtua dan membanggakan orangtuanya. Anak yang dididik dalam keluarga yang teratur akan memiliki pola hidup dan kebiasaan yang teratur. Adalah suatu kebanggaan bagi orangtua ketika anak-anaknya kelak menjadi orang yang sukses dan membawa nama baik orangtua. Tetapi tentunya hal tersebut tidak instan (butuh proses). Lewat didikan yang benar maka akan tercipta generasi yang berkualitas.
Caranya : Baik lewat disiplin, didikan, nasehat, teguran dan teladan hidup. Mengasihi anak tidak melulu dengan cara dimanjakan saja. Ada saat-saat di mana anak harus dinasehati, ditegur atau bahkan dihajar kalau perlu, dengan maksud agar kelak anak tersebut menjadi anak yang baik.

2.    DARI PERJANJIAN BARU (PB)
1.    Matius 18 : 10

Banyak orang berpendapat bahwa mengajar anak kecil itu mudah, gampang dibohongi. Padahal yang sesungguhnya tidaklah demikian. Justru mengajar anak kecil itu harus berhati-hati, karena apa yang kita ajarkan itu yang akan tertanam dalam benaknya sampai mati. Jadi bila kita mengajarkan hal-hal yang salah, maka itu akan dibawa anak didik kita terus menerus. Bahkan ketika kelak ia dewasa tidak mudah bagi kita untuk membongkar pondasi yang telah tertanam tersebut. Ada banyak tokoh Alkitab yang berasal dari seorang anak yang dididik dengan benar dan akhirnya berpengaruh bagi bangsa, keluarga dan masyarakat seperti Ester, Daniel, Yusuf dll. Dan inipun berlaku bagi anak-anak di masa kini.
2.    Matius 18 : 14
YESUS PEDULI DENGAN ANAK-ANAK
Tuhan sangat peduli dengan anak-anak. Ia menganggap anak-anak sama pentingnya dengan orang dewasa. Itu sebabnya Tuhan tidak ingin anak-anak yang masih kecil disesatkan imannya. Usia anak-anak adalah usia dimana anak mudah percaya terhadap apa yang dikatakan, diajarkan. Di sini Tuhan menginginkan supaya anak-anak beroleh pengajaran yang benar, bukan yang menyesatkan, sehingga anak tersebut tetap ada dalam kebenaran firman Tuhan.
3.    Markus 10 : 14
ANAK-ANAK SANGAT BERHARGA DIMATA YESUS
Hal yang menarik dalam perikop ini adalah pernyataan Yesus. Perikop sebelumnya kita melihat bahwa Yesus sedang bicara tentang persoalan yang sangat penting yakni perceraian. Saat itu tiba-tiba ada orang yang membawa anak-anak kecil pada Yesus. Sekarang, kita bayangkan ada seorang direktur sedang mengadakan rapat bersama para rekan bisnisnya, dan tiba-tiba seorang anak kecil datang, ternyata anak sang direktur masuk. Direktur merasa terganggu dan menyuruh orang untuk menghalangi anaknya masuk karena perbincangan ‘maha penting’ tersebut. Tentu hal yang amat menyedihkan, bukan? Namun, tidak demikian halnya dengan Yesus. Ia tidak menganggap rendah anak tersebut. Ia tidak merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak tersebut. Pernyataannya melukiskan betapa Yesus sangat mengasihi anak-anak dan tidak membedakan statusnya.

4.    Markus 10 : 16
YESUS SANGAT MENGASIHI ANAK-ANAK
Yesus tidak hanya berkata, tapi juga bertindak. Dalam perikop ini, kasih Yesus terlihat lebih nyata ketika Ia memeluk dan memberkati anak-anak tersebut. Kedekatan hubungan Yesus dan anak-anak ini dapat kita rasakan dalam perikop ini. Kalau Yesus sendiri sudah memberi teladan untuk mengasihi dan memberkati anak-anak, maka para orangtua pun harus mengasihi anak-anaknya, jangan mengutuki anak-anaknya. Kita selaku guru ataupun orangtua, jangan pernah mengeluarkan kata-kata negatif/makian yang membuat anak ‘terluka batinnya’. Ketika anak tidak mampu / mengecewakan, nasehati mereka dengan lemah lembut supaya rasa percaya diri anak bangkit. Bangun kedekatan hubungan dengan anak baik kita selaku orangtua dan guru. 

B.  METODE PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI ANAK

1.    CONFIDENT CHILD
Ø Membangun Pe-De Sejak Dini
Langkah Untuk Membangun Percaya Diri
Percaya diri adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Dilaksanakan reactor yang membangkitkan segala enegi yang ada pada diri untuk mencapai sukses. Jadi bantulah anak untuk mengembangkan kekuatan ini.
Berikut 7 langkah yang dapat dilakukan untik membangun percaya diri:
>Menyimak
>Jangan menyepelekan
>JAngan member kritik bernada negative
>Segera bertanya setiap kali terjadi perubahan waktu
>Tidak pelit memeri pujian
>Mendorong anak untuk turut “berpikir”
>Berfokus pada hal-hal positif

2.    INTELLIGENT CHILD
a)    Langkah Awal meningkatkan intelligensi Anak
Semua orang tua ingin anaknya menjadi pintar dan do  very well baik disekolah maupun di kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler lainnya. Yang menjadi pertanyaan semua orang tua adalah: Apakah kecerdasan itu bersifat diturunkan atau dapat ditumbuhkan lebih awal ?
Temuan terkini menyimpulkan bahwa: Intelligensi adalah sesuatu yang, meskipun sifatnya diturunkan, tetapi factor lingkungan pun memegang peranan yang besar dalam memperkuat dan memperkayanya.
Kemudian, beberapa presentase bakat keerdasan ini dapat ditingkatkan? Apakah 20 % atau 50 %? Sampai saat ini belum ada jawaban yang pasti. Para ahli percaya, jika orang tua memberikan stimulasi yang tepat, bahkan seorang anak yang “rata-rata” pun dapat menjadi unggul. Disisi jika terjadi kekurangan stimulasi, anak yang berbakat cerdas pun tidak akan berhasil mencapai potensi penuh mereka.
Berikut ini beberapa langkah yang dapat kita lakukan dalam upaya meningkatkan intelligensi anak:
·       Langkah awal stimulasi: Memilih mainan yang paling tepat
Jenis stimulasi apa yang paling tepat? Sejatinya, orang tua harus meluapkan cukup waktu dengan anak-anak mereka. Orang tua seharusnya tidak hanya memberikan anak mereka mainan, tetapi mereka juga turut bermain bersama
·       Peran orang tua tidak tergantikan
Sejatinya, anak-anak memang tidak cukup hanya sekedar dibelikan mainan. Orang tua perlu meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak-anak.
·       Tidak perlu berlebihan
Anak-anak tidak akan mampu mempelajari segala hal!
Anak harus mengambil kegiatan sesuai denganminat dan bakatnya sendiri.
·       Menumbuhkan hobi membaca
Kebiasaan membaca dapat menjadi “hadiah” yang bermanfaat seumur hidup! Pikiran manusia dapat dipengaruhi dan diperkuat dengan beragam cara, tetapi buku-buku dan kata-kata dalam berkarya cetak adalah tool terbaik yang dapat kita gunakan untuk mencerahkan pikiran dan memperluas cakrawala anak.
b)   Mendongkrak IQ Anak (1)
Berikut langkah-langkah yang dapat kita lakukan dalam upaya mendongkrak IQ anak:
·       Catur dan Games lainnya
Kita dapat mengajari anak untuk meningkatkan IQ anak. Permainan catur berbeda dari jenis permainan lain. Dia mengajarkan anak untuk melihat mesalah dari berbagai sudut, dan untuk belajar bahwa ada banyak pendekatan terhadap masalah yang sedang dihadapi.
·       Cukup Tidur
sangat penting bagi anak untuk mendapatkan minimal delapan jam tidur sehari untuk meningkatkan daya otaknya. Setelah seharian study anak perlu tidur malam yang baik ubtuk memastikan pelajaran yang telah ia serap anak berakar kuat pada otaknya.
3.    MEMBANGUN DISIPLIN
a)    Mendisiplinkan anak
Ketika anak lahir, merekaadalah papan tulis yang kosong dimana orang tua lah yang akan membantu mereka untuk mulai menulis script awal cerita hidup mereka. Setiap anak akan tumbuh dan membawa grafik nasibnya seniri, tetapi otang tualah yang meletakkan dasar-dasarnya.
b)   Pentingnya Disiplin
Mendisipilkan anak ibarat berupaya berjalan diatas tali. Orang tuaharus menjaga keseimbangan antara member kebebasan dab bersikap otoriter. Jika seorang anak sering dikritik oleh orang yang opininya dia perhitungkan, dia kemungkinan akan kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya sendiri. Orang tua harus mengajari anak-anak mereka apa yang baik dan apa yang buruk.
c)    Jebakan Disiplin yang Harus Dihindari
Berikut ada lima jebakan dalam penerapan disiplin yang sedapat mungkin yang harus kita hindari.
1.                  Merasa bahwa “satu gaya” saja sudah cukup
2.                  Bertindak berlebihan
3.                  Terlalu lembek
4.                  Tidak konsisten
5.                  Selalu berfokus pada hal-hal negative
d)   Alasan tidak boleh menggunakan bahasa kasar di depan Anak
Sebagai orang tua harus berusaha menampilkan perilaku sopan saat berada didepan anak-anak. Berikut ada empat alasan mengapa kita harus menghindari penggunaan kata-kata kasar  didepan anak-anak.
1.    Bahasa adalah anugrah
2.    Kata yang buruk mengindikasikan budaya rumah yang buruk
3.    Perhatian pada kingkungan
4.    Kata kasar mencerminkan managemen emosi yang buruk
e)    9 Alasan Untuk Tidak memukul Anak
Berikut Sembilan alasan mengapa tidak boleh memukul anak atau hukuman fisik lainnya:
>Memukul anak, sama dengan mengajari anak untuk    memukul dirinya sendiri
>Pada banyak kasus yang disebut “perilaku buruk” itu hanyalah respons anak terhadap apa yang TIDAK dia peroleh dari lingkungannya
>Pemberian hukuman fisik akan mengecoh anak dari belajar bagaimana menyelesaikan konflik secara efektif dan manusiawi
>Hukuman fisik akan merusak ikatan antara orang tua dan anak
>Hukuman fisik berisiko berbahaya
>Berpotensi menciptakan: “Api salam sekam”!
>Dapat berisiko menimbulkan perilaku seksual menyimpang
>Hukuman fisik dapat memicu timbulnya perilaku suka menyakiti orang lain
>Setelah dewasa, enderung akan menafikan padaadanya model disiplin lain, selain hukuman fisik
4.    MEMBANGUN KARAKTER
Karakter adalah keyakinan dalam suatu sistem mutlak: “benar atau salah”, yang dikombinasikan dengan keinginan untuk melakukan apa yang benar terlepas dari masalah biaya atau untung rugi dari tindakan tersebut.
a.    Langkah awal membangun Karakter
·         Karakter
Orang tua harus membangun anak untuk menjadi orang yang berkarakter, untuk dapat mengetahui mana yang benar, mana yang salah, dan memiliki kemauan untuk terus mempraktikkannya. Dan masyarakat kita saat ini sangat membutuhkan laki-laki dan perempuan yang berkarakter.
·         Memaafkan
Kita harus mengajari anak untuk bersedia memaafkan orang lain. Memaafkan adalah cara terbaik untuk mencapai ketenangan pikiran dan mendapatkan kehidupan yang bebas stress.
·         Humor
·         Berani berkata Tidak
·         Respect
·         Mengajarkan kesopanan sejak Dini
·         Menunggu giliran
·         Memberi Salam
·         Mempersilahkan Dan Meminta
·         Anak Sopan
·         Bertelepon.
·         Saat ada Tamu
·         Memperkenalkan Diri
·         Mengucamkan “terima kasih” dan “tolong…”
Ajarlah anak pentingnya selalu bersikap sopan. Tekankan ini dirumah dengan mempraktikkannya sendiri. Biasakan untuk mewakili ucapan perintah dengan kata “tolong…” dan selalu ucapkan “teima kasih!” untuk segala sesuatu yang telah kita terima baik itu berupa benda atau pun bantuan dari orang lain.

C.  TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pendidikan Kristen dilaksanakan di sekolah memiliki tujuan yang jelas. Tujuan PAK bukanlah pergumulan kini tetapi berlangsung dalam sejarah keKristenan. Di mana ada komunitas Kristen di sana berlangsung proses pergumulan itu. Itulah sebabnya maka kita menemukan banyak rumusan tujuan tentang PAK.
Tujuan Pendidikan Agama Kristen dari masa ke masa mengalami perkembangan, khususnya dalam rumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen. Ada banyak formula atau rumusan tujuan pendidikan Kristen yang dikemukakan pendidik Kristen (ahli praktika maupun dogmatika/teolog). Formula-formula itu tidak dapat dideskripsikan secara menyeluruh dalam postingan ini, disini hanya dikemukakan beberapa formula rumusan tujuan Pendidikan Kristen.
            Marthen Luther memang tidak memakai istilah tujuan pendidikan Kristen karena istilah ini dipakai secara teratur setelah pokok pendidikan itu dijadikan sebagai ilmu tersendiri. Akan tetapi dari karya dan perhatian Luther terhadap pendidikan maka dapat dirumuskan tujuan pendidikan Kristen menurut Marhin Luther yaitu menyadarkan  anak didik dan orang dewasa tentang keadaan mereka yang sebenarnya, yaitu mereka orang berdosa. Maka setiap warga harus bertobat dan berseru kepada Allah agar diampuni. Dengan kata lain, tujuan pendidikan Kristen menurut Marhin Luther yaitu melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka di samping memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa, Firman tertulis, Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian secara bertanggungjawab dalam persekutuan kristen yaitu Gereja (Robert R. Boehlke, 2002:340)
            Menurut Calvin,  pendidikan Krsisten adalah proses pemupukan akal orang-orang percaya dengan Firman Allah di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja sehingga di dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan yang diaplikasikan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Yesus Kristus, berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya
Berdasarkan pemahaman Calvin tentang pendidikan Kristen maka menurut  John Calvin, tujuan Pendidikan Kristen adalah mendidik semua warga gereja agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kudus, diajar mengambil bagian dalam kebaktian serta diperlengkapi untuk memilih cara-cara mewujudkan suatu pengabdian diri kepada Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan mereka sehari- hari, serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah, demi kemuliaan namaNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.
Menurut E.G.Homrighausen dan I.H. Enklaar, tujuan pendidikan Kristen yaitu:
a.       Memimpin siswa pada pengenalan akan peristiwa-peristiwa ilahi dalam Alkitab dan pengajaran-pengajaran yang ada dalam Alkitab
b.      Membimbing siswa dengan kebenaran firman Allah yaitu Alkitab
c.       Mendorong siswa melakukan mempraktekkan ajaran-ajaran Alkitab
d.      Meyakinkan siswa tentang kebenaran-kebenaran Alkitab untuk pemecahan masalah dalam kehidupan.
Tujuan utama Pendidikan Kristen ialah membawa peserta didik untuk mengalami perjumpaan dengan Kristus, mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, hidup dalam keataatan serta mampu mempraktekkan imannya dalam kehidupan sehari hari. 
Selain tujuan di atas, ada pula tujuan pendidikan Kristen di sekolah diselenggarakan dengan arah yang jelas. Arah itu disebut dengan tujuan. Ada tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Kristen di sekolah. Dalam konteks ini, ada beragam pandangan tentang tujuan pendidikan di sekolah. Pembahasan ini sengaja dipisahkan dengan tujuan pendidikan Kristen menurut Kurikulum Pemerintah karena di dalam kurikulum pemerintah telah dirumuskan tujuan pendidikan Kristen mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Dalam kurikulum pemerintah telah dirumuskan “Standar Kompetensi” dan “Kompetensi Dasar” serta indikator-indikatornya. Dengan demikian pembahasan tujuan pendidikan Kristen dalam bahasan ini hendak mengemukakan beragama pandangan tentang pendidikan Kristen kemudian pada pokok “pendidikan Kristen di Sekolah sesuai Kurikulum Pemerintah RI, akan dibahas tujuan pendidikan Kristen di sekolah berdasarkan rumusan tujuan atau standar kompetensi yang dikeluarkan pemerintah. Dan sejauh mana isi kurikulum itu mempengaruhi siswa Kristen terhadap berbagai gerakan, khususnya “Gerakan Zaman Baru”.
Pendidikan Kristen di sekolah bukanlah semata-mata untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang telah ditetapkan, tetapi lebih jauh dari pada itu.  Lewat Pendidikan Kristen siswa  diharapkan  dapat berkembang terus dalam  pemahaman tentang Allah dan menolong mereka supaya dapat hidup sebagai murid-murid Kristus.
Jadi, pendidikan Kristen di sekolah adalah sebuah alat strategis dalam pembentukan iman dalam arti yang sesungguhnya, terutama di dalam menghadapi heterogenitas masyarakat Indonesia. Untuk itulah bahwa Pendidikan Kristen harus dikelola secara sungguh-sungguh. Peserta didik yang telah mengikuti pengajaran Kristen mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi diharapkan menjadi bekal  utama dalam hidupnya. Faktor yang amat penting dalam mencapai keberhasilan Pendidikan Kristen di sekolah ialah guru Pendidikan Kristen. Oleh karena itu seorang guru Pendidikan Kristen dalam memenuhi panggilannya haruslah terus memperlengkapi diri agar menjadi alat yang berguna ditangan Tuhan.  Guru bertanggung jawab kepada Tuhan, kepada sekolah, kepada gereja dan kepada masyarakat. Pendidikan Kristen haruslah dapat membawa peserta didik menjadi pribadi yang terbuka dan mampu hidup ditengah-tengah kemajemukan masyarakat, baik agama, suku ras maupun golongan.


BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
PAK Anak tidak lepas daripada Alkitab, sebab pada hakikatnya PAK anak bersumber pada Alkitab. Baik pokok pikiran, tujuan, metode dan berbagai hal dalam PAK Anak tidak dapat dipisahkan dari Alkitab. Mengingat hal tersebut berikut akan saya uraikan beberapa dasar Alkitab yang menjelaskan mengenai PAK Anak.
Tujuan utama Pendidikan Kristen ialah membawa peserta didik untuk mengalami perjumpaan dengan Kristus, mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, hidup dalam keataatan serta mampu mempraktekkan imannya dalam kehidupan sehari hari.

B.  SARAN
Semoga dengan penyusunan makalah ini maka wawasan kita lebih luas lagi, dan kita dapat mengerti apa saja metode-metode dan kegunaan pendidikan agama kristen bagi seorang anak didik. Trimakasih












DAFTAR PUSTAKA
Andri Priyatna, Parenting for Character Building. Jakarta: Penerbit Alex Media Komputindo, 2011
Homrighausen E.G & Enklaar I.H, 1984., Pendidikan Agama Kristen,BPK Gunung Mulia,
Ismail, Andar, Pdt., Dr. 2004, Ajarlah mereka melakukan, BPK gunung Mulia,.

Iris V. Cully,2009,  Dinamika Pendidikan agama kristen, BPK Gunung Mulia.

Nainggolan, John M. 2009. PAK dalam Masyarakat Majemuk. Bandung: Bina Media Informasi.
Tim Kerja BPk & Pokja PGI, 2009 , Pak siswa 3 ktsp-revisi (Allah memelihara CiptaanNya),BPK Gunung Mulia.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Kitab Ibrani (By Ian Delau)

Pendidikan Agama Kristen (UMUM)

Tantangan Remaja & Pemuda Pada Abad 21